SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Siapa sangka berkat hobinya menggambar kini Deny Anggraeni Wardi, atau populer dengan nama Denie Wardi berhasil menjadi desainer fashion dengan brand Aramara. Kiprah Denie Wardi sebagai seorang desainer berawal dari keikutsertaannya dalam Lomba Rancang Busana Muslim (LRBM) yang diadakan oleh majalah Noor pada tahun 2014.
Denie memiliki latar belakang desain arsitektur. Pernah bekerja sebagai arsitek junior dan desainer produk grafis di perusahaan nasional. Namun ketertarikannya untuk travelling mengeksplorasi dunia, membuat Denie menerima tawaran menjadi cabin crew di sebuah maskapai asing.
Saat itu Denie masih aktif bekerja sebagai cabin crew di sebuah maskapai asing, ia mengambil program kursus fashion untuk mengeksplorasi kembali passionnya dalam bidang seni dan desain. Namun seusai mengikuti kursus, Denie mengaku bingung harus diapakan ilmu yang diperolehnya.
“Setelah kursus mau ngapain kalau nggak diterapin, kan basi, bagaimana menerapkannya? Sementara di dunia fashion blank nggak ada latar belakang akademis di bidang itu,” ujar Denie.
Waktu berselang, Denie tak sengaja melihat acara fashion show yang diadakan oleh majalah Noor. Selanjutnya di tahun berikutnya diajang yang sama ia mengikuti Lomba Rancang Busana Muslim tahun 2014. Denie berhasil meraih juara 1 mengalahkan ratusan peserta dari seluruh Indonesia.
“Saat itu ikut lomba ngga memikirkan menang atau kalah, tak disangka menang padahal pesaingnya banyak berpengalaman dan memiliki back ground akademis fashion desain,” kata lulusan Arsitektur Universitas Indonesia ini.
Prestasi itu mengantarkan Denie mengikuti ajang Premiere Vision Pluriel di Kota Paris atau ajang fashion nomor satu di dunia. Keberangkatan Denie ke pusat mode dunia itu difasilitasi oleh Kemenparekraf RI.
Dari pengalaman yang dimiliki serta dorongan dari para mentornya dalam bidang fashion, Denie memberanikan diri untuk merangkul penjahit dengan membuka rumah jahit. Denie pun melaunching brand produknya bernama Aramara dalam event Indonesia Fashion Week 2015. Produk Aramara berupa busana muslim modern merupakan produk premium ready to wear. Pemasaran Aramara juga sudah menjangkau berbagai negara melalui Diaspora Indonesia.
Denie terus mengembangkan brand Aramara. Dengan kepercayaan diri, persiapan dan perhitungan yang matang pada 2020 Denie membuka gerai butik pertamanya di main lobby apartemen Tamansari Skylounge Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.
Tak disangka, beberapa bulan setelah meluncurkan butik, badai pandemi Covid-19 menghantam dan berdampak kepada seluruh sektor UMKM termasuk usaha yang ditekuninya. Denie putar otak agar tak menyerah melawan badai Covid-19 terutama agar operasional usaha tetap berjalan. Denie pun berinovasi dengan menciptakan pakaian untuk tenaga kesehatan yang fashionable.
“Saya buat surgical gown atau baju bedah, dan baju APD, Alhamdulilah karya saya mendapat respon baik dari tenaga medis dan mendapatkan pendapatan di masa pandemi,” ujarnya.
Menurutnya pandemi Covid-19 telah mengajarkannya sebagai pelaku usaha untuk membiasakan dekat dengan masalah. Sebab dari masalah itu akan terbiasa mencari solusi dan jalan keluar terbaik. “Kita harus menjadi bagian dari orang yang menawarkan solusi itu adalah namanya peluang,” kata dia. Selain itu pandemi juga mengajarkannya untuk memaksimalkan media sosial dan e-commerce dalam pemasaran produk.
Produk Aramara by Denie Wardi terpilih menjadi UMKM binaan Bank Indonesia kantor perwakilan Banten sejak tahun 2020. Denie mulai memanfaatkan wastra atau kain tradisional sebagai bagian dari karyanya terutama Wastra yang berasal dari Provinsi Banten. “Saat itu diajak oleh BI Banten untuk menjadi mitra binaan mengangkat value Wastra di Banten bersama dengan desainer di Banten lainnya, kami difasilitasi pamerkan produk dalam event Karya Kreatif Banten,” ujarnya.
Kemudian Denie membuat busana yang menggunakan wastra Banten yakni tenun Baduy dan batik Lebak kemudian tahun berikutnya memadukan batik serang dengan tenun Baduy. Sebelumnya juga sudah pernah membuat fashion wastra dengan kain poleng (belang) asal Bali. “Wastra ini kekayaan budaya lokal yang harus dilestarikan, penggunaan wastra dalam produk fashion untuk meningkatkan nilai wastra sehingga mampu menggerakan perekonomian perajin wastra,” ungkap dia.
Karya fashion menggunakan wastra mendapat sambutan dari masyarakat. Ia pun juga mencoba menggunakan wastra lokal yakni batik Tangerang. “Penggunaan wastra tentunya dengan jalinan kerjasama dari pengrajin yang konsisten dalam pemenuhan kebutuhan wastra sebelum menjadi karya fashion,” ungkapnya.
Denie juga meraih penghargaan dari Bank Indonesia sebagai UMKM inovatif binaan Bank Indonesia. Saat itu produk pakaian untuk tenaga medis dinilai inovatif ditengah kondisi pandemi Covid-19. “Saya sangat bersyukur karena penghargaan diberikan kepada 6 kategori di Kota hanya ada dua peraihnya yakni saya dan Wali Kota Tangerang sebagai pemerintah daerah dengan pengembangan program elektronifikasi transaksi pemerintah terbaik di Banten tahun 2020.,” pungkasnya.
Deny Anggraeni Wardi berhasil meraih penghargaan the most creative 2022 UMKM Award kategori fashion yang digelar oleh Dinas Indagkop-UKM Kota Tangerang. Prestasi itu membuktikan kehadirannya sebagai desainer fashion dengan brand Aramara yang berasal dari Kota Tangerang.
Denie mengungkapkan, keikutsertaannya dalam UMKM Award secara tak sengaja melihat postingan Instagram dari akun Pemkot Tangerang. Terlebih saat melihat juri yang berasal dari kalangan yang kompeten di bidangnya. “Sejak 2020 saya tidak ikut lomba lagi, saya tipe pribadi tertarik dengan lomba dan tidak memikirkan untuk menang ataupun kalah, yang penting action dahulu tujuannya mengembangkan dan evaluasi diri atas usaha yang saya tekuni” ungkapnya. (made)