SATELITNEWS.COM, SERANG – Sepanjang tahun 2022, jumlah tangkapan ikan ribuan nelayan di Provinsi Banten, berkurang. Pemprov Banten menilai, penurunan itu diakibatkan oleh cuaca ektrem yang belakangan terjadi, serta kenaikan harga BBM.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten Eli Susiyanti mengatakan, pada tahun 2022 berdasarkan data sementara yang masuk kepadanya untuk ikan tangkap mencapai 67.759 ton dan ikan budidaya 111.599 ton.
“Jumlah itu, akumulasi dari delapan Kabupaten dan Kota. Ada yang menurun, ada juga yang meningkat,” kata Eli, Senin (6/3/2023).
Misalnya, lanjut Eli, untuk wilayah Kabupaten Pandeglang yang mengalami penurunan pada tahun 2022 dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 2021, hasil tangkap ikan di Kabupaten Pandeglang mencapai 27.660 ton. Namun pada tahun 2022, menurun menjadi 26.210 ton.
“Sementara di Kabupaten Tangerang, justru ada peningkatan dari 2.131 ton menjadi 3.408 ton pada tahun 2022. Semua datanya sampai saat ini masih terus masuk, termasuk juga untuk data taun 2023 yang masih dalam proses ferivikasi. Jadi data itu masih dimungkinkan berkembang,” ujarnya.
Hal itu, lanjut Eli, tentu sangat berdampak pada ketahanan sektor perekonomian para nelayan, apalagi mayoritas melaut itu menjadi mata pencaharian utama mereka.
Oleh karenanya, atas kondisi itu DKP Provinsi menyalurkan beberapa bantuan kepada para nelayan.
Sejak tahun lalu, pihaknya sudah bekerjasama dengan Dinas Ketahanan Pangan (Ketapang) dan Dinas Sosial (Dinsos), untuk memberikan Bantuan Sosial (Bansos) kepada para nelayan yang terdampak kenaikan BBM dan cuaca ektrem.
“Selain itu kita juga menyalurkan Bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) kepada para nelayan,” ucapnya.
Dikatakan Eli, pada tahun ini DKP juga akan memberikan bantuan alat bantu tangkap ikan kepada 10 koperasi nelayan.
Pada tahun 2022 lalu kita juga sudah memberikan bantuan beberapa alat penyelamatan kepada para nelayan.
“Untuk Bantuan alat tangkap itu dianggarkan sekitar Rp900 juta lebih. Jadi masing-masing koperasi akan mendapatkan Rp90 juta lebih. Saat ini prosesnya masih pada tahapan lelang,” ucapnya.
Darna (40), seorang nelayan di Pelabuhan Karangantu mengaku, sudah empat hari dirinya tidak melaut lantaran gelombang yang tinggi serta ancaman cuaca ektrem.
Hal itu juga, dikeluhkan oleh para nelayan lainnya yang kadang memaksakan tetap melaut.
“Temen-temen kalaupun memaksakan melaut, hasil tangkapan ikannya menurun drastis. Paling banyak mendapatkan 10 Kg. itu jelas rugi, apalagi untuk beli solar aja kita sampai Rp300 ribu, belum biaya makan dan lainnya. Kalau cuaca normal biasanya bisa mencapai Rp1 juta, itru ada lebihnya yang bisa untuk keluarga,” ujarnya.
Terpisah, Wakil Ketua DPRD Banten M Nawa Said Dimyati mengungkapkan, pihaknya dalam waktu dekat akan memanggil Kepala DKP Provinsi Banten sebagai mitra kerja komisi II yang ia naungi.
Ada beberapa hal yang akan dibahas dalam pertemuan nanti, salah satunya terkait dengan Nasib para nelayan di tengah kondisi cuaca yang ektrem seperti ini.
“Rencananya hari Selasa (hari ini-red) kita akan ada pertemuan,” pungkasnya.
Sementara, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas 1 Serang Tarjono saat dihubungi mengatakan, untuk saat ini wilayah Provinsi Banten sedang berada pada puncak musim penghujan.
Hal ini ditandai dengan, durasi curah hujan yang terjadi cukup lama dengan intensitas ringan hingga sedang bisa saja terjadi dari pagi hingga sore hari atau dari malam hingga pagi hari.
“Kondisi seperti diatas bisa saja akan semakin meningkat intensitasnya apabila terpantau adanya dinamika atmosfer atau gangguan siklonik di atmosfer, seperti adanya belokan arah angin, terdapat pusat tekanan udara rendah bahkan jika terpantau adanya bibit siklon tropis disekitar wilayah Banten,” katanya.
Tarjono melanjutkan, sedangkan kondisi tinggi gelombang, itu terjadi di perairan selat Sunda bagian Selatan, Selatan Banten dan samudera Hindia Selatan Banten 1,25-2,50 meter atau masuk katagori sedang. Begitupun untuk kondisi gelombang di jalur penyeberangan Merak-Bakauheni masih dalam katagori sedang yaitu berkisar antara 1,25-2,50 meter, sehingga operasional penyebrangan masih berjalan lancar.
“Himbauan utk masyarakat dan para pelaku pelayaran yang beraktivitas di laut untuk mempersiapkan diri dan jangan memaksakan diri jika kondisi cuaca dan gelombang berubah menjadi tidak kondusif,” pungkasnya. (mg2)
Diskusi tentang ini post