SATELITNEWS.COM, LEBAK—Menyedihkan sekaligus inspiratif. Inilah kisah guru pendidikan anak usia dini (PAUD) Wibana di Desa Pasirtanjung, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
Mereka rela menjadi pedagang baso goreng (basreng). Hal itu dilakukan semata-mata agar sekolah yang didirikan serta pendidikan bisa terus berkembang. Kisah ini bermula selain untuk melihat potensi bisnis serta bakat yang dimiliki serta tak adanya gaji untuk para guru PAUD membuat membuat mereka mencoba keberuntungan menjual cemilan basreng.
Ida Susanti selaku Ketua Yayasan Wibana menyebut usaha ini dilakukannya untuk modal dan menggaji para guru PAUD yang dikelolanya. “Jadi kita dari hasil jualan ini buat guru-guru PAUD di sini, kita ketahui sendiri yah, guru PAUD ini bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS), enggak ada gajian,” kata Ida mengungkapkan Rabu (19/07/2023).
“Kita punya PAUD juga intinya kita bayaran seikhlasnya, per bulan Rp 20 ribu, jadi kadang ada yang bayar dan enggak juga, tidak apa-apa ya,” timpal Ida mengungkapkan kondisi operasional sekolah yang didirikannya.
Ida menceritakan awal mula membuka usaha basreng adalah untuk mengisi kekosongan waktu libur saat tidak mengajar anak-anak PAUD yang dia kelola bersama temannya. Bahkan sebelum menjual basreng Ida dan guru lainnya mencoba keberuntungan jajanan seblak. Namum, hal itu tidak berjalan sesuai harapan.
“Awalnya kita kemarin itu libur sekolah, saya ada ide mau bikin usaha kecil-kecilan ya. Awal mau bikin usaha seblak, akhirnya saya memutuskan membuat usaha basreng,” ujarnya. Ida menuturkan, usaha yang sudah berjalan satu bulan tersebut sudah mempunyai pelanggan tetap. Bahkan, hasil kreatifitasnya itu tak harus dirinya yang mengantarkan ke warung melainkan pedagang yang datang ke rumahnya.
“Alhamdulillah, basreng ini kita enggak harus ngirim ke warung, tetapi ada yang ke sini ngambil langsung setiap seminggu sekali,” ujarnya.
Agar stok basreng yang dibuatnya bisa terus disalurkan, dirinya pun menyiasati dengan jam kegiatan belajar mengajar, karena saat ini sudah tidak dalam waktu libur, Ida dan para guru membuat jajanan itu selesai mengajar. “Jadi produksinya setelah pulang sekolah atau setelah mengajar untuk guru-guru PAUD-nya,” ucapnya.
Ida menuturkan, selama satu bulan membuka usaha basreng, pesanan paling besar sebanyak 50 bal. Tiap bal dihargai Rp 70 ribu. “Alhamdulillah kita sudah mulai satu bulan untuk produksi ini. Kita pemasaran wilayah Rangkasbitung dan sekitarnya, nanti ada penyuplai yang datang ke sini, kemarin kita stok 50 bal, se-pak isinya ada 11 bungkus basreng. Untuk omzet, dalam dua minggu bisa meraup keuntungan Rp 3 juta,” papar Ida.
“Kalau untuk penghasilan memang sekalipun tidak besar, tetapi ada yah untuk jajan anak mah. Jadi ini bukan gaji. Kalau gajikan gede, ini mah buat uang jajan aja ya,” terangnya. Ida berharap, usahanya bisa berjalan sukses dan menambah penghasilan para guru PAUD. Mudah-mudahan dengan adanya usaha ini, semuanya berjalan sukses buat guru PAUD semua,” ucapnya.
Ditanya soal alasannya tetap mengajar, menurut Ida, hal tersebut merupakan bagian dari ibadah dan memajukan pendidikan di Indonesia. “Yang terpenting si anak-anak ini mau sekolah, intinya kita ke situ ya. Jadi alhamdulillah dengan adanya usaha ini kita diberikan jalan sama Allah, kita digajinya seperti ini,” tuturnya.
Seorang warga Pasir Tanjung, Yahi mengenal betul PAUD Wibana, sekolah yang didirikannya oleh Ibu Ida itu patut mendapatkan apresiasi dari pemerintah. Sebab, untuk mewujudkan pendidikan serta meningkatkan kesejahteraan para gurunya dirinya rela menjual basreng. “Harusnya ini menjadi cerminan bagi PAUD lainnya serta harus dapat apresiasi dari pemerintah. Dengan kegigihan untuk memajukan pendidikan usia dini mereka (guru PAUD Wibana) rela berdagang Basreng,” pungkasnya.(mulyana)
Diskusi tentang ini post