SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Alat Pelindung Diri (APD) menjadi kebutuhan pokok tenaga medis tatkala harus menangani pasien Covid-19. Ketersediaan APD kini semakin langka di pasaran sehingga harganya semakin melonjak. Pemerintah Kota Tangerang melalui Balai Latihan Kerja (BLK) Cibodas berinisiatif memproduksinya sendiri. Bagaimana kisahnya?
20 peserta balai latihan kerja Kecamatan Cibodas tampak serius mengerjakan pekerjaan masing-masing, Kamis (3/4). Ada yang memotong kain namun tampak pula peserta BLK sedang menjahit. Dua instruktur mendampingi para pekerja yang dibayar 40 ribu rupiah per hari tersebut.
Masing-masing peserta mengikuti standar bekerja di saat pademi. Jarak setiap orang dibatasi. Mereka juga memakai masker.
Para peserta dibekali dengan 20 mesin jahit dan keahlian yang sebelumnya telah mereka dapat dari instruktur yakni membuat pakaian. Mereka bekerja membuat APD selama 8 jam mulai pukul 8 pagi hingga 4 sore.
Ada 2 tipe APD yang dibuat di BLK Cibodas. Yakni, APD yang 1 kali pakai dan berkali-kali pakai.
Bahan yang digunakan untuk membuat APD yang dapat digunakan berkali-kali adalah taslan parasut. Sifatnya antiair. Sementara yang sekali pakai adalah Spunbond Polypropylene.
“Awalnya prihatin juga yah hampir di semua rumah sakit kekurangan APD. Banyak dokter-dokter tidak pakai APD yang benar kemudian meninggal dan kita punya BLK kenapa tidak ? Makanya Kepala Dinas (Dinas Ketengakerjaan) kumpulkan semua instruktur,” ujar Kepala BLK Kota Tangerang, Deden Suliana, Jumat (3/4).
Deden mengatakan saat ini pihaknya cukup kesulitan mendapatkan bahan untuk memproduksi APD. Semua bagian dikerahkan untuk memburu bahan tersebut yang akhirnya didapatkan.
“Kalau yang putih (Anti air) per meternya 35 sampai 40 ribu. Kalau yang ungu (aekali pakai) 10 sampai 15 ribu per meternya. Kita berupaya kita beli sampai ke Sarinah dan Tanah Abang. Itu sekarang sudah tutup. Akhirnya ketemu itu di Cipadu tapi itu juga bukan bahan import (cek) tapi bahan lokal, “kata Deden.
Butuh waktu 2 sampai 3 hari untuk pembuatan 1 APD. Menurut Deden ini wajar saja lantaran semua pekerja merupakan peserta latihan. Dan pembuatan APD ini hal yang baru dilakukan bagi mereka.
“Mereka juga masih belajar karena di sini latihan saja dan masih didampingi oleh instruktur,” imbuh Deden.
Pembuatan APD di BLK Cibodas mulai dilakukan sejak Senin, (30/3) lalu dan akan terus berlanjut hingga APD terpenuhi atau selama pandemi Covid-19. Deden dan pihaknya pun terus mengerjakan ini semaksimal mungkin. Pasalnya Pemerintah Kota Tangerang memberikan target 55 APD selesai pada Senin, (6/4) sementara jumlah sumber daya manusia (SDA) di BLK Cibodas terbatas.
“Optimis target itu bisa tercapai. Sementara 55 APD yang putih. Baru kemudian 150 yang ungu. Dan ini akan terus kita produksi sebanyak-banyaknya,” kata Deden.
Selain APD lanjut Deden pihaknya juga memproduksi masker. Namun di lokasi yang berbeda yakni berada di Kecamatan Larangan. Di sana juga dikerjalan oleh 20 peserta BLK.
“Di BLK Larangan kita produksi masker semua untuk kebutuhan medis selama Covid-19 ini dan tidak diperjualbelikan karena tidak boleh,” jelasnya.
Untuk memproduksi masker dan APD pihaknya, Disnaker Kota Tangerang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes). Disnaker meminta arahan dari Dinkes bagaimana standar APD yang tepat.
“Jadi kalau kita membuat detail kita buat rujukan dulu ini bisa nggak buat APD,” kata Deden.
Pembuatan APD dengan pakaian atau baju sehari-hari berbeda. Seperti yang diakui salah satu peserta BLK Cibodas, Ismawati. Menurutnya, memproduksi APD lebih sulit lantaran bahannya yang licin sehingga membutuhkan ketelitian.
“Harus hati-hati dan teliti karena bahannya licin beda dengan baju yang lainnya. Kalau itu kan kami sudah bisa. Sebenernya sih sama saja, tapi kalau ini (APD) lebih sulit,” ujarnya. (irfan/gatot)
Diskusi tentang ini post