SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Rabun dekat atau hipermetropia, adalah kondisi refraksi mata di mana cahaya yang masuk ke mata difokuskan di belakang retina, bukan tepat di retina mata. Hal ini menyebabkan penglihatan kabur untuk objek yang dekat, sementara penglihatan jarak jauh mungkin tetap jelas. Hipermetropia adalah kebalikan dari miopia atau rabun jauh, di mana cahaya difokuskan di depan retina.
Dokter Spesialis Mata RS Sari Asih Sangiang, dr Aiza Fitria, Sp.M menyebutkan tentang hipermetropia bisa disebabkan oleh beberapa faktor. “Yakni bola mata yang lebih pendek dari normal menyebabkan cahaya yang masuk ke mata difokuskan di belakang retina. Kemudian kelengkungan kornea yang kurang melengkung, tidak membiaskan cahaya dengan cukup untuk memfokuskan pada retina. Lalu lensa mata yang kurang fleksibel, terutama pada usia lanjut, membuat sulit untuk memfokuskan cahaya yang masuk ke mata pada retina. Dan faktor usia,” kata dr Aiza Fitria, Senin (12/8/2024).
Pada orang dengan usia lanjut, elastisitas lensa mata sudah berkurang sehingga mengganggu kemampuan refraksi cahaya pada mata.
Gejala mata plus lebih jauh dijelaskan dr Aiza Fitria, Sp.M, meliputi beberapa hal, yang bisa dirasakan, seperti :
1. Penglihatan kabur untuk objek yang dekat, tetapi masih dapat melihat jelas objek yang jauh.
2. Mata mudah terasa lelah, terutama setelah membaca atau menggunakan komputer dalam waktu lama
3. Sakit kepala, biasanya terjadi setelah melihat objek jarak dekat dalam waktu yang lama.
4. Sering menyipitkan mata untuk melihat sesuatu lebih jelas.
Untuk menegakkan diagnosa Hipermetropia dapat dilakukan pemeriksaan di Eye Care Center RS Sari Asih Sangiang dengan melakukan beberapa pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan adalah tes ketajaman penglihatan. tes ini dilakukan dengan meminta pasien membaca huruf atau kata pada eye chart dengan ukuran yang bervariasi.
Dokter juga bisa melalui pemeriksaan mata menggunakan Autorefraktometer. Dengan menggunakan alat ini, dapat melihat kekuatan lensa mata yang akan dikoreksi. Kekuatan lensa ini dapat berupa lensa plus, lensa minus maupun lensa silinder beserta keterangan axis lensa mata.
dr Aiza Fitria menyebutkan jika pasien dengan keluhan mata plus tidak perlu khawatir, dengan pemeriksaan di Eye Care Center RS Sari Asih Sangiang, beberapa metode pengobatan bisa dilakukan berupa:
1. Kacamata: Dokter dapat memberikan kacamata dengan lensa cembung (plus) digunakan untuk membantu penderita rabun dekat agar lensa mata membiaskan cahaya ke arah retina dengan benar.
2. Lensa Kontak: Alternatif untuk kacamata yang juga menggunakan lensa cembung (plus).
3. Operasi Refraktif: Prosedur seperti LASIK atau PRK dapat digunakan untuk mengubah bentuk kornea sehingga cahaya difokuskan dengan benar pada retina.
“Memang tidak ada cara yang pasti untuk mencegah hipermetropia, karena seringkali disebabkan oleh faktor genetik dan anatomi mata. Namun, menjaga kesehatan mata secara umum dengan istirahat yang cukup, nutrisi yang baik, dan menghindari penyebab mata lelah dapat membantu mempertahankan penglihatan yang baik,” ujarnya.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala hipermetopia, konsultasikan dengan profesional kesehatan mata di Eye Care Center RS Sari Asih Sangiang untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. (*/rls)
Diskusi tentang ini post