Duck syndrome tidak diakui sebagai penyakit mental resmi. Fenomena ini menggambarkan tekanan yang dirasakan oleh individu, terutama siswa dan mahasiswa.
FENOMENA Duck Syndrome sering kali menimpa individu yang masih muda, seperti siswa, mahasiswa, atau mereka yang baru saja memasuki dunia kerja. Seringkali tampak baik-baik saja di luar, tenang seperti bebek. Padahal, mereka menyembunyikan tekanan dan kepanikan di balik penampilan tersebut.
Rentannya kelompok ini disebabkan oleh pengalaman hidup baru yang mereka hadapi, seperti hidup mandiri jauh dari orang tua, tuntutan akademis yang lebih berat, dan persaingan yang ketat.
Selain itu, lingkungan keluarga yang sangat protektif atau menekankan prestasi juga dapat berkontribusi pada perkembangan duck syndrome.
Individu yang mengalami duck syndrome berisiko mengalami masalah psikologis. Sebagaimana dilansir dari medicinenet.com, duck syndrome menjadi salah satu cara munculnya (manifestasi) depresi, kecemasan, atau tahap awal banyak penyakit mental, biasanya sebagai reaksi terhadap stres.
Ciri-Ciri Duck Syndrome
Tanda-tanda duck syndrome mirip dengan gejala gangguan psikologis seperti depresi atau kecemasan. Beberapa gejala umum termasuk:
1. Terus-menerus berusaha untuk terlihat baik-baik saja dan bahagia meskipun merasa panik di dalam diri.
2. Merasa gagal memenuhi tuntutan yang tinggi dan berlebihan.
3. Membandingkan diri dengan orang lain dan merasa bahwa orang lain lebih berhasil.
4. Merasa selalu diawasi atau diperhatikan oleh orang lain.
5. Mengalami kesulitan tidur, pusing, dan kesulitan berkonsentrasi.
Secara biologis, depresi, kecemasan, dan mungkin duck syndrome dapat dikaitkan dengan kadar neurotransmiter yang tidak normal di otak, ukuran beberapa area otak yang lebih kecil, dan peningkatan aktivitas di bagian otak lainnya.
Penyebab Duck Syndrome
Anak perempuan dan wanita lebih mungkin didiagnosis menderita depresi dan berbagai gangguan kecemasan dibandingkan dengan anak laki-laki dan pria dewasa. Tetapi hal itu diduga terjadi karena, antara lain, perbedaan biologis berdasarkan jenis kelamin dan perbedaan dalam cara perempuan didorong untuk menafsirkan pengalaman mereka dan menanggapinya dibandingkan dengan pria.
Diperkirakan setidaknya ada sebagian komponen genetik, dan orang-orang dengan orang tua yang depresi atau cemas lebih mungkin juga mengalami gangguan tersebut. Oleh karena itu, masalah-masalah ini cenderung berkaitan dengan perkembangan duck syndrome.
Faktor-faktor psikologis yang menyebabkan depresi dan kecemasan meliputi perfeksionisme, harga diri yang rendah, citra tubuh yang negatif, terlalu kritis terhadap diri sendiri, dan sering merasa tidak berdaya saat menghadapi kejadian-kejadian negatif.
Orang-orang yang menderita gangguan perilaku, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas ( ADHD ), atau yang memiliki masalah kognitif atau belajar, serta kesulitan terlibat dalam aktivitas sosial juga memiliki risiko lebih tinggi terkena depresi dan kecemasan sehingga harus dianggap berisiko lebih tinggi terkena duck syndrome.
Seperti manifestasi lain dari depresi dan kegelisahan, duck syndrome mungkin merupakan reaksi terhadap tekanan hidup yang membuat seseorang rentan terkena penyakit mental apa pun.
Contoh faktor risiko tersebut mungkin mencakup trauma, seperti menjadi korban pelecehan verbal, fisik, atau seksual; paparan kekerasan dalam rumah tangga, kematian orang yang dicintai, masalah sekolah, perundungan, atau paparan tekanan teman sebaya.
Selain faktor risiko yang lebih spesifik untuk depresi dan kecemasan, kontributor potensial lainnya untuk kondisi ini termasuk kemiskinan, paparan kekerasan masyarakat, isolasi sosial, konflik orang tua, perceraian, dan penyebab lain dari gangguan keluarga.
Anak-anak yang memiliki aktivitas fisik terbatas, prestasi sekolah buruk, atau kehilangan hubungan memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi, kecemasan, dan karenanya juga mengalami duck syndrome.
Mengatasi Duck Syndrome
Mengatasi duck syndrome memerlukan diagnosis yang akurat. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter, psikolog, atau psikiater untuk mendapatkan evaluasi kesehatan mental yang menyeluruh.
Penanganan yang tepat mungkin melibatkan kombinasi psikoterapi dan obat-obatan untuk mengatasi depresi atau kecemasan.
Selain itu, perubahan gaya hidup dan perilaku juga bisa membantu. Ini termasuk latihan untuk menerima diri sendiri dan membangun keseimbangan antara tuntutan hidup dan kesehatan mental. Mengembangkan dukungan sosial yang kuat dan berbicara tentang perasaan secara terbuka dapat membantu mengurangi dampak duck syndrome. (bbs)
Diskusi tentang ini post