SATELITNEWS.ID, KARAWACI—Pemerintah Kota Tangerang belum berencana melakukan karantina wilayah terkait wabah virus corona atau Covid-19. Meski demikian, sebagian warga di kota seribu industri sejuta jasa itu justru mulai menerapkan karantina lokal.
Karantina lokal dilakukan warga Kampung Pabuaran Tumpeng Kecamatan Karawaci Kota Tangerang. Pantauan Satelit News di lokasi, spanduk bertuliskan Lockdown Corona Covid-19 dipasang warga di gapura gerbang masuk kampung tersebut. Dengan tujuan untuk membatasi ruang masuk warga di luar Kampung Pabuaran Tumpeng. Namun, tak ada penjagaan ketat di lokasi tersebut seperti pengecekan suhu tubuh.
Salah satu warga Kampung Pabuaran Tumpeng, Muhammad Fajri mengatakan spanduk yang bertuliskan Lockdown Covid-19 itu baru dipasang, Senin (30/3). Ini merupakan bentuk kewaspadaan warga terhadap Covid-19.
“Infonya sudah ada yang kena di sini (Pabuaran Tumpeng), makanya warga inisiatif. Yang bukan warga sini belum boleh masuk dulu, atau laporan dulu ke RT atau RW kalau mau masuk,” ujarnya.
Dari data terkini hingga berita ini ditulis yang diperoleh Satelit News di https://covid19.tangerangkota.go.id tak terdapat warga di kampung tersebut yang positif Covid-19 ataupun berstatus Pasien Dengan Pemantauan (PDP). Namun, terdapat 5 warga yang berstatus Orang Dalam Pemantauan. Sedangkan di Kecamatan Karawaci terdapat 33 ODP dan 16 PDP. Namun tidak ada yang positif.
Fajri menjelaskan kalau dirinya juga tak mengetahui jelas proses pemasangan spanduk tersebut. Menurutnya ini sudah melewati tahap musyawarah warga dengan pemerintah setempat.
“Saya nggak tahu karena kan saya kerja juga. Tapi memang sebelumnya sudah ada pemberitahuan dari RT ngasih surat imbauan isinya tentang ini (Lockdown),” ujarnya.
Lockdown local juga dilakukan warga Perumahan Wisma Tajur Kelurahan Tajur Kecamatan Ciledug Kota Tangerang. Warga menutup tiga gerbang yang menjadi akses masuk perumahan langganan banjir tersebut. Mereka hanya menyisakan satu gerbang utama untuk akses keluar masuk perumahan.
Warga Wisma Tajur menyemprotkan cairan disinfektan kepada pengunjung yang akan masuk ke perumahan. Tukang ojek online maupun kurir dilarang masuk, pemilik paket maupun pemesan Ojol harus datang ke gerbang utama.
“Pemulung dan pedagang keliling tidak boleh masuk,”ujar IGA Wedayana, warga Perumahan Wisma Tajur, kemarin.
Hingga kemarin, terdapat 16 orang dalam pemantauan (ODP) di Kelurahan Tajur. 15 diantaranya dirawat sementara satu orang berhasil sembuh. Sementara 1 orang dinyatakan sebagai pasien dalam pemantauan (PDP) namun telah sembuh.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemerintah Kota Tangerang, Buceu Gartina mengatakan spanduk yang bertuliskan Lockdown Covid-19 di Kelurahan Pabuaran Tumpeng telah dicabut, Senin (30/3). Menurutnya warga hanya mengikuti dari sejumlah daerah yang menerapkan hal sama di luar Kota Tangerang.
“Info dari pak Camat sudah dibuka karena ikut-ikutan saja. Itu pembatasan jalan masuk,” ujarnya.
Menurut Buceu Pemerintah Kota Tangerang tak melarang warganya untuk menerapkan hal ini. Dengan catatan telah melakukan koordinasi dengan aparat setempat.
“Sampai dengan saat ini tidak masalah itu dalam rangka pengamanan siaga di wilayah nya. Tapi tetap harus berkoordinasi dengan aparat wilayah,” tambah mantan Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang.
Buceu juga belum dapat menyampailan ihwal rencana Pemerintah Kota Tangerang memberlakukan Lockdown wilayah. “Saya belum bisa jawab,” kata dia. Menurut dia rencana ini baru akan diterapkan setelah mendapat persetujuan dari Wali Kota Tangerang, Arief Wismansyah. Pihaknya juga masih menunggu hasil pembahasan pemerintah pusat terkait rencana karantina wilayah Jabodetabek. “Ya,” singkatnya.
Sementara itu, Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel), belum akan mengkarantina wilayah dalam usaha memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di wilayahnya. Saat ini terdapat 280 orang dalam pemantauan (ODP), 123 pasien dalam pengawasan (PDP), 31 terkonfirmasi positif dan 6 warga meninggal dunia.
Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie menegaskan, kebijakan karantina wilayah (local lockdown), mesti dirumuskan secara mendalam. Menurutnya, akan ada banyak aspek sosial, ekonomi dan lainnya, sebelum menerapkan kebijakan mengunci wilayah dari aktifitas hilir-mudik pergerakan manusia.
“Saat ini belum ada dan belum bahas sampai ke titik karatina wilayah. Tapi kita akan dukung jika DKI, sebagai Ibu Kota negara melakukan hal tersebut,” ungkap Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie, Senin (30/3).
Benyamin mengungkapkan, keputusan melakukan karantina wilayah atau local lockdown harus dibahas secara matang dengan melibatkan banyak pihak. Terutama, dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.
“Makanya tidak sembarangan mengkarantina itu harus dipikirkan berbagai faktor, seperti ekonomi, sosial dan lainnya,” ucap Benyamin.
Benyamin menjelaskan, meski Pemkot Tangsel belum mempertimbangkan opsi tersebut banyak masyarakat telah melakukannya untuk lingkaran perkampungan.
“Tapi kalau yang ada di lapangan pak RT dan pak RW sudah melakukan itu. Jadi masing-masing wilayah (karantina wilayah),” kata dia. (irfan/irm/bnn/gatot)
Diskusi tentang ini post