satelitnews.com, TIGARAKSA—Banjir awal tahun 2020 lalu merendam 12 persen wilayah Kabupaten Tangerang. Bencana yang disebabkan curah hujan tinggi serta meluapnya lima sungai tersebut berdampak terhadap 5,6 persen penduduk Kabupaten Tangerang.
Hal tersebut diungkapkan Kepala BPBD Kabupaten Tangerang Bambang Sapto. Menurut Bambang, banjir terjadi akibat hujan yang tidak kunjung berhenti sejak 31 Desember 2019 hingga awal tahun 2020. Sejumlah sungai pun meluap dan berdampak banjir di sebagian wilayah Kabupaten Tangerang.
“Pada saat kejadian banjir, tim dari Pemerintah Kabupaten Tangerang yakni BPBD, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, serta OPD lainnya dan Kecamatan langsung merespon cepat untuk menangani musibah banjir dan segera melakukan reaksi cepat tanggap sesuai prosedur,” kata Bambang.
Bambang mengungkapkan 14 kecamatan berpotensi terkena banjir karena dilintasi sejumlah sungai. Diantaranya, Sungai Cisadane yang melewati Kecamatan Curug , Legok, Sepatan, Pakuhaji dan Teluknaga. Yang kedua adalah Sungai Cirarab yang menggenangi 4 Kecamatan yakni Legok, Curug, Cikupa dan Pasar Kemis. Selanjutnya sungai Cimanceuri yang menggenangi 9 Kecamatan mulai dari Legok, Tigaraksa, Cikupa, Balaraja, Sukadiri, Jambe, Rajeg, Pagedangan dan Kronjo. Sungai ke empat adalah sungai Cidurian yang menggenangi Cisoka, Jayanti, Kresek, Kronjo dan Kali Sabi yang merendam Kelapa Dua.
“Banjir yang terjadi di Kabupaten Tangerang hanya 12 persen dari total keseluruhan wilayah Kabupaten Tangerang, yaitu di Kecamatan Teluknaga, Kelapa Dua, Kresek, Sepatan Timur, Solear, Pakuhaji, Curug, Pagedangan, Cisoka, Pasar Kemis, Jayanti, Tigaraksa, Jambe, dan Legok dan 5,6 persen penduduk di Kabupaten Tangerang yang terdampak,” ungkap Bambang.
Dampak dari banjir yang terjadi awal tahun menyebabkan rusaknya lahan pertanian dan tambak, daerah pesisir dan pemukiman nelayan, pemukiman penduduk, industri dan pergudangan, fasilitas umum seperti sekolah, jalan, dan fasilitas umum lain nya serta kesehatan masyarakat.
Bupati Tangerang A. Zaki Iskandar mengatakan, bencana banjir di wilayah Jabodetabek mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Untuk itu perlu dilakukan koordinasi penanganan secara terpadu antara wilayah Jabodetabek dalam proses perencanaan pemanfaatan dan pengendalian tata ruang.
“Ke depan kita perlu membahas bersama dengan Pemerintah pusat dan Daerah Jabodetabek untuk mengatasi persoalan banjir ini karena supaya ada jalan bagi semua daerah yang terdampak,”kata Zaki.
Menurutnya, curah hujan yang tinggi dan kiriman air dari hulu merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya banjir di wilayah Kabupaten Tangerang serta, berkurangnya daerah resapan air dan degradasi lingkungan penyempitan serta pendangkalan Sungai akibat sedimentasi lumpur, sampah dan belum tertatanya irigasi atau normalisasi sungai.
Untuk bencana banjir saat ini yang menimpa Kabupaten Tangerang, (Pemerintah) tidak menaikkan status tanggap darurat bencana, karena yang terdampak banjir hanya 12 persen dari luas wilayah. Pemerintah Kabupaten Tangerang bisa menyelesaikan permasalahan banjir.
Zaki menambahkan, penanganan saat banjir yang dilakukan oleh Pemerintah dalam hal ini BPBD dan dinas lainnya adalah mendirikan tenda darurat, mendirikan posko kesehatan, dapur umum, dan posko pengungsian, pendistribusian logistik seperti makanan cepat saji, obat-obatan, serta logistik lainnya. dan pemerintah Kab. Tangerang terus melakukan koordinasi dengan BPBD provinsi TNI Polri serta stakeholder lainnya pada saat bencana maupun pasca bencana. (aditya/gatot)
Diskusi tentang ini post