SATELITNEWS.ID, RANGKASBITUNG—Seekor ular King Cobra berwarna hitam terpaksa diawetkan bidang Pemadam Kebakaran (Damkar) Dinas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Lebak. Bukan tanpa alasan, ular yang memiliki nama latin Ophiophagus Hannah tersebut, mati setelah mengalami luka di bagian kepala hingga ekor akibat ditangkap warga Kampung Wonogiri, Desa Nameng, Kecamatan Rangkasbitung, sekitar pukul 19.30 WIB, Minggu (5/7) malam.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Seksi Bidang Damkar Dinas Satpol PP Lebak, Anna Wahyudin mengatakan, ular King Cobra yang memiliki panjang tiga meter tersebut terpaksa diawetkan menggunakan cairan Formalin.”Daripada dibuang kan sayang, ya kita awetkan untuk dijadikan hiasan kantor,” ujar Anna, saat ditemui Satelit News di ruang kerjanya, kemarin.
Pria yang biasa disapa akrab Anong ini menegaskan, pengawetan terhadap seekor ular King Cobra ini hasil koordinasi baik dengan pimpinan maupun BKSDA. Jadi, tidak serta merta ular tersebut diawetkan. “Intinya kita sayang ke ular tersebut, daripada dibuang lebih kita manfaatkan jadi hiasan,” katanya.
Awal mula King Coba mendarat di kantor Dinas Satpol PP, Anna menceritakan, sekitar pukul 19.40 WIB, Minggu (5/7) pihak Damkar mendapat laporan adanya warga yang menangkap seekor ular berwarna hitam. Menindaklanjuti laporan tersebut, Anna bersama anggota Damkar langsung terjun ke lokasi untuk memastikan kabar tersebut.
“Saat kita datang ke lokasi ular yang dimaksud sudah tidak berdaya akibat mengalami luka di bagian kepala bekas tembakan senjata mimis atau yang dikenal senjata angin. Tidak hanya di kepala, ular yang sempat membuat panik warga tersebut juga mengalami luka di bagian badan dan ekornya,” terang Anna.
Damkar pun berusaha menyelamatkan nyawa ular tersebut dengan membawanya ke kantor yang nantinya akan diserahkan ke pihak BKSDA Provinsi Banten. Namun, saya nyawa ular tersebut tidak tertolong dan mati. “Saat kita bawa juga kondisinya sudah kritis, sempat masih ada perlawanan di kantor namun tidak butuh lama ular tersebut mati,” kata Anna.
Saat disinggung, kemungkinan di daerah tersebut masih banyak ular Korba lainnya, sebab melihat dari ukuran cukup besar. Menurut Anna, tidak menutup kemungkinan masih ada. “Di lokasi banyak pembangunan pabrik dan galian, diduga habitat ular tersebut terganggu. Hingga akhirnya lari ke permukiman penduduk. Ya kemungkinan ular tersebut tidak hanya satu, masih banyak lainnya,” tandasnya.
Sementara Kabid Damkar Zaenal Arifin menyayangkan luka hingga matinya ular King Cobra. Menurut Arifin harusnya ular tersebut tidak mendapatkan luka parah. “Berbicara ekosistem ular tersebut juga menguntungkan manusia. Ya tapi balik lagi kepada kekhawatiran masyarakat akan keselamatannya hingga akhirnya ular tersebut dibunuh,” ujarnya. (mulyana/made)
Diskusi tentang ini post