SATELITNEWS.COM, SERANG–Long form sensus penduduk 2020, yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) di Provinsi Banten, rendah di bawah nasional.
Untuk AKI, di Provinsi Banten tercatat menduduki posisi keempat terendah dengan nilai 127 poin, satu tingkat di atas Provinsi Bali yang berada pada posisi ketiga dengan nilai 85 poin. Sedangkan untuk angka AKI nasional, sebesar 189 poin.
Sedangkan untuk AKABA, Provinsi Banten bertengger pada posisi delapan dengan nilai 16,15 poin, dari angka rata-rata nasional sebesar 19,83 poin.
Posisi yang sama, juga pada penilaian AKB yang berada pada posisi delapan terendah, dengan nilai 13,83 per seribu kelahiran hidup atau satu poin di atas Provinsi Jabar, yang berada pada posisi ketujuh dengan nilai 13,56. Sedangkan angka nasional sebesar 16,86.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti mengaku, bersyukur atas capaian tersebut. Meski demikian, ia berharap ke depan capaian itu terus ditingkatkan.
“Alhamdulillah, AKI, AKB, AKABA Provinsi Banten tahun 2020 di bawah rata-rata nasional. Semoga tahun-tahun kedepannya, akan lebih baik lagi capaiannya,” kata Ati, Selasa (31/1/2023).
Ati menyadari, capaian yang diperoleh itu bukan hasil kerja Dinkes semata, Melainkan hasil kerja kolaborasi semua pihak, termasuk bapak Pj Gubernur Banten Al Muktabar, yang selalu memberikan arahan.
“Terimakasih atas kolaborasinya, yang selama ini terjalin dengan baik. Bersama kita pasti bisa,” pungkasnya.
Hasil dari long form sensus penduduk 2020 itu sendiri, merupakan gambaran parameter demografi menuju Indonesia emas tahun 2045. Selain ketiga hal di atas, ada beberapa parameter penilaian lainnya yang dilakukan BPS, berdasarkan lima grand design pembangunan kependudukan yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 153 tahun 2015.
Lima grand design itu yakni, peningkatan kualitas penduduk, pengendalian kuantitas penduduk, penataan persebaran dan pengarahan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga berkualitas dan administrasi kependudukan.
Sementara, Statistisi Ahli Muda BPS Provinsi Banten Heri Purnomo mengatakan, AKB di Provinsi Banten dalam 10 tahun terakhir terjadi penurunan yang sangat drastis, dari 66 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup pada Sensus Penduduk 2000, menjadi 14 per 1000 kelahiran hidup pada Long Form SP2020.
Hal itu ujarnya, merupakan dampak positif dari berbagai pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, salah satunya perbaikan sarana dan prasarana kesehatan serta meningkatnya persentase bayi yang mendapat imunisasi dan ASI di Banten. Hal itu, membuat anak yang baru lahir semakin mampu bertahan hidup.
“Sebagai daerah yang belum lama berdiri, Provinsi Banten belum memiliki data series kependudukan yang panjang. Oleh karena itu, parameter pendataan penduduk baru dilakukan pada tahun 2000,” tambahnya.
Sementara lanjutnya, untuk Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (ASFR) dalam lima puluh tahun terakhir, terjadi penurunan fertilitas remaja (ASFR 15- 19) yang cukup tajam, yaitu dari 48 hasil SP2000 hingga 18,20 hasil LF SP2020.
“Pola ASFR berbentuk U terbalik. Puncak ASFR Banten terletak pada wanita umur 25-29 tahun,” tuturnya.
Kemudian, terkait dengan angka kematian penduduk usia dini di Provinsi Banten dalam 10 tahun terakhir, terdapat 14 kematian bayi untuk usia di bawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup. Lalu 2 -3 kematian anak berusia 1 -4 tahun per 1000 anak.
“Setiap 1000 balita Banten usia 16 – 17, diantaranya tidak akan berhasil mencapai umur tepat lima tahun,” imbuhnya.
Dikatakan Heri, salah satu tantangan dalam pemenuhan target SDGs adalah isu ketersediaan data dengan disagregasi hanya tersedia di tingkat tertentu. Maka dari itu, Long Form SP2020 menjawab kebutuhan data hingga level yang lebih rendah. (mg2)
Diskusi tentang ini post