SATELITNEWS.COM—Kesuksesan film-film produksi Hollywood yang sering menjadi film box office membawa Amerika memperoleh keuntungan tinggi jika dibandingkan dengan industri film di negara lain. Kelihaian mereka dalam memanfaatkan teknologi dengan membuat berbagai efek seperti, suara, animasi, visual efek, dan lainnya membawa pada kesuksesan tersebut.
Tak mengherankan bila banyak perusahaan perfilman di seluruh dunia yang ingin mengikuti jejak Hollywood dalam menghasilkan film. Tak sedikit pula aktor dan aktris dari penjuru dunia yang mencoba peruntungan sekuat tenaga agar bisa masuk industri film Hollywood dan sukses membintangi film-filmnya. Tak terkecuali aktor dan aktris dari Asia Tenggara.
Hingga saat ini kehadiran aktor dan aktris asal Asia Tenggara dalam film-film Hollywood relatif terbatas. Meskipun menghadapi hambatan yang signifikan karena perbedaan budaya, bias rasial, dan selera Hollywood. Diketahui beberapa aktor dan aktris perintis berhasil menerobos dan membuat jejak mereka.
Akun Instagram @seasia.news membagikan unggahan empat orang pertama dari Asia Tenggara yang berhasil menerobos industri perfilman Hollywood.
Elena Jurado (Filipina)
Elena Jurado lahir pada 19 Mei 1901 di Cebu, Filipina. Dia adalah seorang aktris, yang dikenal membintangi film What Price Glory pada 1926 dan Twenty Legs Under The Sea pada 1927.
Elena disebut menghadapi banyak tantangan selama awal abad ke-20. Pada saat stereotipe rasialisme yang lazim di industri ini, kesuksesan Elena mewakili langkah maju untuk keragaman dan representasi. Bakat dan ketangguhannya memungkinkan dia untuk menantang persepsi sempit para aktor Asia Tenggara, serta membuka jalan bagi generasi mendatang.
Dewi Dja/Devi Dja (Indonesia)
Lahir di Situbondo, 1 Agustus 1914 dan dikenal dengan nama Miss Dja memiliki nama asli Misri dan kemudian menjadi Soetidjah. Dia seorang penari, pemain sandiwara, dan pemain film Indonesia yang terkenal pada era 1940-an.
Dia tergabung pada kelompok Opera Dardanella, tetapi sekitar 1940, dia hijrah ke Amerika Serikat bersama suaminya, Willy Klimanoff (pendiri kelompok Dardanella). Hingga masa akhir hidupnya dia memilih berkarir di Amerika sebagai entertainer profesional dan dimakamkan di California pada 19 Januari 1989.
Dewi muncul sebagai perintis pada pertengahan abad ke-20. Terlepas dari hambatan yang dihadapi aktor non kulit putih, penampilan terampil dan tekad Dewi mendapat perhatian dan pengakuan, menampilkan bakat Asia Tenggara di panggung internasional. Salah satu film pendek yang mengangkat kisah biografi tentang Dewi berjudul I Remember Devi Dja karya R. Christian Anderson pada 2017 lalu.
Ibrahim Pendek (Malaysia)
Laki-laki berkebangsaan Malaysia ini lahir dengan nama asli Ibrahim bin Hassan pada 1932. Dia seorang seniman film Melayu yang terkenal tidak hanya karena aktingnya tetapi juga istimewa karena dikaruniai tubuh setinggi 130 cm.
Saat berakting di film Ali Baba Bujang Lapok, Universal International Hollywood yang mengunjungi Studio Jalan Ampas Singapura tertarik dengan aktingnya di film tersebut. Sejak saat itu Universal International mengirim surat penawaran untuk berperan sebagai asisten dokter di film Hollywood.
Berawal dari momen tersebut, Ibrahim mencatatkan sejarah besar perfilman Melayu karena dia menjadi aktor Melayu pertama yang berakting dalam film Hollywood bersama Rock Hudson dan Gena Rowlands dalam film The Spiral Road pada 1962. Dia memerankan karakter bernama Stegomyia.
Setelah merekam sejarah akting di film tersebut, dia ditawari lagi oleh Hollywood untuk terus berakting. Namun, keinginannya untuk melanjutkan karir di sana tidak terpenuhi karena pemerintah saat itu tidak menyetujui visanya.
Win Min Than (Myanmar)
Win Min Than lahir pada 30 November 1933 di Bago, Myanmar (Burma) dan dibesarkan di Yangoon. Pada 1954, seorang teman sutradara Amerika, Robert Parrish mengunjungi rumahnya dan mengambil fotonya.
Kemudian dia dipilih dari sekitar 200 perempuan untuk peran Anna dalam film Hollywood berjudul The Purple Plain. Dia belum pernah berakting dalam film dan dilaporkan menderita kejang wajah yang parah di set dan mata melotot sebelum adegan ciuman dengan Gregory Peck.
Namun Variety Magazine memuji adegan romantisnya dengan Peck dan menulis, Selanjutnya ada beberapa adegan yang sangat lembut yang dimainkan di komunitas desa tetangga di mana Peck memulai keterikatan romantis baru dengan Win Min Than, kecantikan Burma yang eksotis namun terkendali. (jpc)
Diskusi tentang ini post