SATELITNEWS.ID, BINTARO—Sebanyak lima warga Banten dipastikan terinfeksi virus corona atau Covid -19. Satu diantaranya meninggal dunia. Demikian diungkapkan Gubernur Banten Wahidin Halim melalui video yang diposting di media sosial, Senin (16/3).
Wahidin Halim menyatakan dari 5 pasien tersebut, 2 orang tinggal di Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang, 1 di Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, 1 warga Ciledug Kota tangerang dan 1 warga Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.
“Warga Pondok Aren yang positif corona meninggal dunia Senin sore,”ujar Wahidin Halim.
Kepala Dinas Kesehatan Banten Ati Pramudji Hastuti mengungkapkan, hingga kemarin ada seratus lebih warga di Banten yang berstatus sebagai orang dalam pengawasan (ODP). “ODP per hari ini 113, tersebar di delapan kabupaten/kota. Kalau PDP (pasien dalam pengawasan) itu ada 18 kasus,” tuturnya.
Informasi dihimpun saat paparan dalam rapat adapun rincian per daerah untuk warga dengan dua status itu diantaranya di Kota Tangerang ODP 39 orang dan PDP 3 orang. Kota Tangerang Selatan 41 ODP, 3 diantaranya sudah dinyatakan negatif dan 2 lagi hasilnya belum keluar.
Kota Serang terdapat empat orang yang berstatus ODP dan belum ada yang masuk PDP. Kota Cilegon ada 3 orang yang berstatus PDP, dua sudah dirujuk ke rumah sakit rujukan Covid-19 dan satu sudah sudah dinyatakan negatif. Di Pandeglang terdapat dua yang suspect corona namun keduanya sudah dinyatakan negatif. Sementara untuk Kabupaten Serang terdapat dua PDP dan kini sedang menjalani perawatan di ruang isolasi RSUD Drajat Prawiranegara.
Di Kota Tangsel, seorang karyawan PT CIMB Niaga Tbk dinyatakan positif terinfeksi COVID-19. Head of Marketing, Brand, and Communications PT CIMB Niaga, Toni Darusman mengatakan karyawan tersebut bekerja sebagai back office di Griya Niaga 1 Bintaro, Tangsel. Meski dinyatakan positif corona, pihak perusahaan memastikan yang bersangkutan tidak berinteraksi langsung dengan nasabah.
“Terakhir masuk kerja tanggal 28 Februari 2020 sebelum mengalami gejala sakit. Selanjutnya pada 2 Maret 2020 yang bersangkutan mulai dirawat di rumah sakit sampai akhirnya dinyatakan positif COVID-19 pada hari Minggu 15 Maret 2020,” kata Toni, Senin (16/3).
Saat ini, kesehatan karyawan tersebut diklaim dalam kondisi yang semakin stabil, dan sudah ditangani dengan baik di salah satu rumah sakit yang dirujuk oleh pemerintah. CIMB Niaga berupaya memitigasi terjadinya penyebaran virus corona di lingkungan kantor dengan menerapkan protokol pengecekan suhu tubuh di jaringan kantor dan cabang CIMB Niaga serta menyediakan hand sanitizer di lingkungan kerja dan kantor.
Kemarin, kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengkonfirmasi adanya tambahan pasien positif Corona atau COVID-19. Kemenkes menyebut 16 Maret 2020 ada 17 kasus baru yang terkonfirmasi positif Corona.
“Ada tambahan kasus, sebanyak 17 kasus confirmed positif yang baru,” ujar juru bicara pemerintah untuk penanganan Corona Achmad Yurianto di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Senin (16/3).
Yuri tidak seperti biasa menjelaskan data diri pasien. Dia hanya menyebut pasien satu pasien berasal dari daerah Banten, 1 dari Jawa Barat, 1 dari Jawa Tengah dan 14 dari DKI Jakarta.
Sedangkan jumlah pasien sembuh saat ini total adalah 9 orang. Dan kasus meninggal yakni 5 orang. Dari pasien yang masih dirawat, Kemenkes masih melakukan tracing contact dilakukan oleh Dinas Kesehatan masing-masing daerah.
Sementara itu Rumah Sakit dr Drajat Prawiranegara (RSDP) Kabupaten Serang, menerima dua pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona atau Covid-19, Senin (16/3). Keduanya mengalami sesak nafas dan gejala flu.
Kepala Humas RSDP Kabupaten Serang, Khoirul Anam mengatakan ada dua PDP dirawat di ruang isolasi saat ini. Satu berjenis kelamin laki-laki dan satu perempuan
“Laki-laki, usia 48 tahun, masuk tanggal 14 Maret, pukul 19.00 WIB, di ruang isolasi. Keluhan demam, batuk dan sesak, ada riwayat seminar di Bogor dan ada WNA, swab tes sudah dikirim ke Jakarta dan sekarang tinggal sesaknya saja,” ujarnya.
Pasien kedua berjenis kelamin perempuan, usia 51 tahun, masuk tanggal 15 Maret. Keluhan demam, batuk, mual dan pasien memiliki riwayat pulang umrah dalam dekat ini.
“Tes swab sudah dikirim ke Jakarta, sekarang masih demam, batuk dan mual tetapi sudah berkurang,” terangnya.
Anam mengungkapkan terdapat satu lagi pasien dalam pengawasan (PDP) masuk ruang isolasi pukul 11.30 WIB. Pasien dari Cilegon tersebut mengeluh sesak nafas.
“Ada satu lagi PDP laki-laki, usia 30 tahun, masuk tanggal 16 Maret 2020. Rujukan dari Raks Cilegon, keluhan batuk, pilek dan sesak,” kata ujarnya, Senin (16/3).
Menurut Anam, pasien tersebut memiliki riwayat pernah melakukan kontak dengan WNA. Total pasien yang kini ditangani RSDP Kabupaten Serang di ruang isolasi sebanyak tiga orang.
Diketahui, kedua pasien sebelumnya berasal dari Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang. Pasien dari Kabupaten Serang memiliki riwayat pulang dari umrah. Sedangkan pasien dari Kabupaten Tangerang memiliki riwayat mengikuti kegiatan seminar di Bogor.
Berdasarkan informasi yang diterima, ruang isolasi RSDP Kabupaten Serang hanya memiliki 4 kasur. Sementara itu, jika ada pasien bertambah, maka akan dirujuk ke RSUD kab Tangerang.
“Kalau penuh juga, (akan dirujuk-red) ke RSPI/RS Persahabatan,” pungkasnya.
Terpisah, Direktur RSDP Kabupaten Serang, dr Rachmat Setiadi, membenarkan bahwa pihaknya hanya memiliki ruang isolasi dengan kapasitas tiga tempat tidur saja. Sementara itu, ketiganya sudah dalam kondisi penuh dengan PDP.
Dari Jakarta, pasien 1, 2 dan 3 yang tertular virus Corona sudah sembuh dan dinyatakan sehat. Hasil pemeriksaan spesimen mereka sudah dinyatakan dua kali negatif. Ketiganya adalah ibu dan dua anak kakak beradik asal Depok yang berprofesi sebagai penari.
Dilepas oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, ketiganya juga memberikan testimoni dan pengalamannya saat dirawat di ruang isolasi RSPI Sulianti Saroso. Pasien 1 khususnya, penari yang tertular oleh WN Jepang di klub dansa di Jakarta, paling menanggung beban psikologis atas kejadian itu. Dia juga menularkan kepada ibu dan kakaknya di Depok.
“Saya mengimbau masyarakat mendukung pasien COVID-19 yang masih dirawat, dukung secara moral,” katanya di RSPI Sulianti Saroso, Senin (16/3).
Pasien 1 tersebut juga menyesalkan penyebaran informasi tak akurat selama dia dirawat yang dilakukan oleh netizen atau berbagai pihak tak bertanggung jawab. Kondisi itu mengganggu psikisnya selama dirawat. Apalagi data mereka sudah terlanjur tersebar sejak awal.
“Ini mengganggu psikis kami di dalam. Identitas kami yang bocor mengakibatkan masyarakat luar panik. Saya dapatkan direct message di media sosial saya banyak yang tanya langsung gimana caranya mau periksa karena banyak yang takut, tapi lebih takut juga kalau identitasnya tersebar,” kata pasien 1.
“Jangan hakimi pasien COVID-19, nanti akan jadi stigma negatif. Nanti malah kami jadi korban dua kali. Saya tahu semua yang dibicarakan media,” tambahnya.
Apalagi, sejumlah publik menghakiminya profesinya sebagai seorang penari dengan sudut pandang negatif. “Banyak yang serang profesi kami sebagai penari, kami itu pejuang budaya Indonesia. Hidup kami selalu persembahkan untuk budaya. Virus ini tak pandang bulu, ras profesi, dan menular ke siapapun,” tukasnya.
Begitu juga yang dikatakan pasien 2 yakni sang ibunda pasien 1. Dia berterima kasih kepada warga Depok di perumahan tempat tinggalnya yang selalu memberikan dukungan moral. Dan warga di sana bisa untuk kekeluargaan menerima kepulangan mereka kembali. Dia meminta semua warga atau publik umumnya untuk jangan panik.
“Warga Depok sangat kondusif menerima kami. Kuncinya jangan panik. Imun di dalam tubuh saat panik pasti turun imun kita. Jangan panik, yang punya hidup ini ada Tuhan agama apapun,” kata pasien 2.
Pasien 3, sang kakak juga mengingatkan bahwa virus Corona bisa disembuhkan asal mengikuti secara disiplin segala protokol kesehatan yang dianjurkan. Salah satunya menjaga kebersihan, minum air putih, dan mengasup nutrisi yang baik.
“Jangan panik, virus ini self limiting disease. Punya kemampuan sembuh sendiri asal disiplin minum air putih yang banyak. Jaga nutrisi. Laksanakan personal hygiene seperti rajin cuci tangan. Kalau memang kita harus lakukan pembatasan sosial harus lakukan sebaik mungkin. Dan akan menular pada siapa saja yang imunnya lebih lemah,” papar pasien 3. (jarkasih/bnn /gatot)
Diskusi tentang ini post