SATELIT NEWS.COM, TANGSEL-Kecamatan Ciputat menjadi wilayah dengan kualitas udara terburuk di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Hal tersebut diungkapkan Wahyunoto Lukman Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Senin (14/8).
Menurut Wahyunoto, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan kualitas udara di wilayah itu tercemar polusi. Ia mengklaim, jumlah penduduk sampai letak geografis menjadi penyebabnya.
“Kalau dari dulu Ciputat ya. Ciputat ini kalau hasil kajian memang padat penduduk. Kemudian elevasinya dia paling rendah, datarannya paling rendah, sehingga kalau angin dari arah mana pun berputar di tempat yang paling rendah,” ujarnya.
Untuk memastikan hal tersebut, pihaknya mengaku memiliki dua alat khusus untuk melakukan pengecekan kadar udara. Pengecekan juga telah dilakukan di beberapa wilayah yang ada.
“Saya enggak ngerti alat itu buatan mana, tapi alat itu fungsinya untuk mengukur indeks standar polusi udara dan kandungan dalam polusi yang ada. Satuannya kan partikel itu,” katanya.
Menurut Wahyunoto pihaknya memastikan jika alat yang dimiliki Pemkot Tangsel memiliki kapasitas pengecekan secara akurat. Bahkan menurutnya terdapat dua alat khusus dalam menyikapi persoalan udara.
“Kita ada alat yang aktif disebut aktif itu realtime 24 jam. Kemudian, kita ada alat yang berjalan ini untuk membandingkan hasil yang realtime tadi, kalau alat yang aktif itu ada di salah satu taman kesehatan. Kalau alat pasif ini kita punya empat alat lagi ini stasiunnya bergerak, jadi sesuai kebutuhan kita, dimana yang perlu kita cermati, ambil sampel kemudian kami sandingkan dengan alat yang aktif,” ujarnya.
Menurut Wahyu dari alat yang dimiliki Pemkot Tangsel memiliki hasil yang berbeda – beda. Apalagi pengujian dilakukan di beberapa wilayah yang ada di kota ini.
“Ya berbeda, karena keadaan polusi di satu wilayah berbeda dengan wilayah yang lain. Jadi kami ambil rata ratanya untuk kota Tangsel dari sampel ada di tujuh kecamatan, 58 kelurahan. kami pakai metodologi, kami acak pada minggu ini kelurahan kecamatan mana atau minggu depan itu ada metodenya,” kata dia.
Untuk melihat efektivitas alat, kata Wahyu, pihaknya juga meletakan alat tersebut di lokasi yang strategis dan banyak menjadi perlintasan.
“Ada di jalan padat kendaraan. Nah kan polusi udara yang diukur adalah skalanya berapa, pm1 2,5 atau 10 dalam polusi udara sekarang ini banyak polusi udara yang skalanya besar bahkan sampai pm10. Namun, kami tidak bisa menyatakan juga partikel udara atau polusi udara ini bisa berbahaya atau tidak. Kami harus ketahui lebih jauh lagi kandungan dan unsurnya di dalam partikel itu,” ujarnya.
Wahyu menambahkan terdapat beberapa kandungan berbahaya dalam partikel zat udara.
“Yang berbahaya itu kalau ada arsenik, diogsin, karbondioksida yang tinggi, dan sulfur dioksida yang tinggi. Kemudian, ozon nah itu ada lima unsur yang paling berbahaya dan itu di alat yang kami miliki, lima unsur ini yang dimonitor jangan melewati ambang batas,” pungkasnya. (eko)
Diskusi tentang ini post