SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Siloam Hospitals Group bersama Antoni Van Leeuwenhoek yakni sebuah institut kanker asal negara Belanda baru saja menandatangani kerja sama atau MoU, Senin (9/9/2024) dalam usaha penanganan kanker secara komprehensif. Penandatanganan digelar di Auditorium MRIN, Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan Kabupaten Tangerang.
Program kerja sama ini mempunya dua tujuan, yakni jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka pendek Siloam Hospitals Group akan membuat pelatihan sumber daya manusia terkait Kedokteran Nuklir.
“Departemen Kedokteran Nuklir itu tidak hanya membutuhkan SDM dokter saja, tetapi juga perawat, radiografer dan lain sebagainya, di mana SDM ini di Indonesia training dan pelatihannya sangat langka,” ujar Chief Executive Officer MRCCC Siloam Hospitals, dr Edy Gunawan dalam sesi tanya jawab usai acara.
Oleh karena itu, dalam MoU ini pihaknya akan merencanakan berbagai pelatihan baik di MRCCC (Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center) dengan mendatangkan ahli dari Antoni Van Leeuwenhoek (AVL) sendiri maupun dengan pelatihan yang diselenggarakan di AVL di mana MRCCC mengirim SDM ke Belanda.
“Lalu jangka pendek yang kedua adalah konsultasi untuk kasus-kasus kompleks. Seperti kita ketahui, pasien- pasien dengan kasus kanker membutuhkan penanganan yang lebih kompleks dengan pendekatan yang kita sebut sebagai tim multi disiplin. Di MRCCC sendiri setiap pasien kanker pasti akan ditangani oleh tim , yang terdiri dari dokter, baik Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Hematologi Onkologi Medik, tim dengan Spesialis Bedah Onkologi dan sebagainya. Dan yang menjadi krusial adalah Dokter Spesialis Kedokteran Nuklir,” ujarnya.
Sebab lanjutnya Kedokteran Nuklir merupakan sebuah aspek diagnostik yang sangat penting untuk menegakkan diagnosis kanker. “Tidak jarang juga kita menemukan jenis-jenis kanker yang sifatnya sangat jarang atau kompleks, dan ini tentu konsultasi dengan para ahli dari Antoni Van Leeuwenhoek Netherland sangat krusial untuk dapat menangani pasien dengan lebih komprehensif,” ujarnya.
Sementara dalam jangka panjang dari kerja sama ini yang diharapkan adalah pelayanan Kedokteran Nuklir. “Dalam pemahaman awam, Kedokteran Nuklir hanya dipergunakan sebagai diagnostik, sedangkan Kedokteran Nuklir itu sendiri sebetulnya adalah bidang ilmu yang ranahnya sangat luas. Jadi tidak hanya pet scan, tidak hanya diagnostik. Tetapi juga terapi,” ujarnya.
Justru terangnya pengembangan Kedokteran Nuklir adalah banyak dipergunakan dalam bidang terapi. “Jadi bagaimana kita menggunakan Radiofarmaka atau materi dari Kedokteran Nuklir untuk menerapi pasien kanker, tidak hanya sebagai diagnostik untuk pet scan atau untuk menentukan penyebaran kanker semata,” ujarnya. Dia menambahkan, di Belanda pihaknya melihat sudah banyak Radiofarmaka baru yang dipergunakan untuk menerapi pasien-pasien kanker.
“Jadi dalam jangka panjang, radio dari farmaka ini yang sebetulnya bisa diproduksi di Indonesia, tetapi kita akan belajar dari Belanda bagaimana kita menggunakan radio dari farmaka ini, bagaimana menerapi pasien kanker. Lalu radiofarmaka mana yang cocok dan bagaimana penggunaannya sehingga pada akhirnya clinical outcome pasien kanker akan menjadi lebih baik dengan teknologi dan inovasi yang kita pelajari dari Belanda,”pungkasnya. (made)
Diskusi tentang ini post