SATELITNEWS.ID, PAMULANG— Inovasi yang dilombakan pada ajang Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2020, yang berlangsung di Sekolah Kharisma Bangsa (SKB) Pondok Cabe Kecamatan Pamulang, Jumat (21/2/2020) memberi banyak inspirasi. Salah satunya inovasi karya Vivi Amelia dan Gizza Nala. Dua siswi SMPN 18 Surabaya itu berhasil menyulap limbah popok bayi menjadi beton.
Inovasi ini dikembangkan keduanya. Mereka membuat beton dengan ukuran menyerupai batu bata. Untuk setiap beton ini, mereka mencampurkan lima limbah popok bayi.
Vivi menceritakan inovasinya berawal dari kondisi pencemaran di sekitar jembatan Suramadu yang menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura. Di sekitar jembatan itu banyak ditemukan limbah popok bayi. Dia mengaku sempat mengumpulkan limbah popok bayi sampai tiga keranjang. “Pokoknya banyak banget,” kata siswi kelas IX itu.
Kemudian dia berkonsultasi ke ke guru untuk membuat inovasi yang bisa mengurangi limbah popok tersebut. Akhirnya ditemukan inovasi mencampur limbah popok bayi dengan adonan beton. “Yang dipakai bagian dalamnya popok. Bentuknya seperti serat,” ucapnya.
Prosesnya popok dibersihkan dari kotoran. Kemudian dicacah untuk diambil seratnya. Setelah itu tinggal dicampur pada adonan beton. Adonan beton terdiri dari semen, pasir dan kerikil.
Semula untuk membuat satu beton, mereka mencampur dua popok. Ternyata hasilnya kurang maksimal. Beton yang dihasilkan mudah pecah. Sampai akhirnya ditemukan bahwa campuran yang ideal adalah lima popok untuk satu beton.
Selain inovasi Vivi Amelia dan Gizza Nala, tak kalah menarik juga dengan pelajar lainnya yang menciptakan Natural Alternatif Antidiabetic (Naltic) yang mampu mengurangi kadar gula darah.
Proyek penelitian Naltic itu adalah inovasi dari M Rafi Dezar dan Zievan Ananta Pahlevi. Kedua siswa tersebut berasal dari SMA Semesta Semarang. Saat ditemui di arena kompetisi, Rafi maupun Zievan sangat lancar memaparkan inovasinya.
Rafi menuturkan dengan runut proses mulai awal sampai akhir. Siswa kelas XI itu menceritakan langkah pertama kulit bawang putih dan daun nangka dicucui bersih. Kemudian ditimbang dengan takaran tertentu lalu dioven di dalam suhu 50 derajat Celcius. “Dioven selama tiga hari,” katanya.
Setelah selesai dioven, kedua bahan itu dihancurkan dengan blender. Lalu didiamkan untuk proses pengendapan atau dimasrasi selama 3×24 jam. Setelah itu endapannya diambil, kemudian diproses serupa selama 1×24 jam hingga menghasilkan serbuk. Lalu serbuk itu dikemas dalam wujud kapsul.
Rafi mengatakan bawang putih mengandung allicin dan flavonid. Sementara daun nangka mengandung tannin dan flavonoid. Ketiga zat itu bisa menurunkan kadar gula dalam darah. “Ini lebih pada pencegahan supaya kadar gula darah tidak sampai tinggi,” jelasnya.
Inovasi ini sudah pernah diuji coba pada tikus. Hasilnya kadar gula darah tikus turun dari 162,40 mg/dL menjadi 61,8 mg/dL. Dengan kata lain mengalai penurunan sebanyak 100,6 mg/dL. Hasil ini lebih ampuh ketimbang menggunakan obat Glibenclamide yang tercatat turun dari 150,8 mg/dL menjadi 59,6 mg/dL (turun 91,2 mg/dL).
Pembukaan ISPO sekaligus Olimpiade Seni dan Budaya Indonesia (OSEBI) dipimpin langsung Wakil Walikota Tangerang Selatan Benyamin Davnie. Dia menyampaikan apresiasi luar biasa kepada para siswa. “Gagasan mereka telah melampaui usianya,” katanya.
Benyamin mengatakan akan memberikan ruang seluas-luasnya untuk inovasi-inovasi anak-anak. Khususnya anak-anak dari Tangerang Selatan. Dia juga berpesan kepada peserta bahwa juara sejati adalah yang bisa mengalahkan dirinya sendiri. Yakni bisa mengalahkan rasa sombong, rasa paling pintar, dan sejenisnya. “Selamat berkompetisi,” pungkasnya. (jarkasih)
Diskusi tentang ini post