SATELITNEWS.COM, LEBAK–Kesedihan dan penyesalan mungkin kini dirasakan oleh Uminah, warga Kampung Cikalung, Desa Muaradua, Kecamatan Cikulur. Bagaimana tidak, lantaran taak mampu membelikan telepon seluler (ponsel) untuk bersekolah secara daring, kini anak kesayangannya, Ira Amelia (13) yang masih duduk di bangku SMP kini mengalami depresi.
Ira Amelia, seorang siswa di salah satu sekolah menengah pertama (SMP) di Kecamatan Cikulur dilaporkan diduga mengalami depresi sejak dua minggu lalu lantaran tidak memiliki HP untuk belajar daring.
“Ketahuan saat bulan puasa kemarin, sudah mulai melamun sendiri. Tidak mau makan dan minum dan sulit diajak komunikasi,” kata Jaenal Abidin guru SMP Riyadul Fatonah yang turut mendampingi ke Puskesmas Cikulur, Selasa (25/05).
Berdasarkan informasi dari keluarganya, kata Abidin, gejala depresi yang dialami siswa kelas VII tersebut juga kerap marah saat melihat orang kumpul. Yang terbaru, kata Jaenal, Ira mengeluarkan buih dari mulutnya sehingga harus dibawa ke puskesmas.
Jaenal mengatakan, Ira anak pertama dari tiga bersaudara diduga mengalami depresi lantaran tidak memiliki ponsel. Ini diketahui setelah dia kerap mengungkapkan keinginannya punya ponsel ke teman-temannya. “Khawatir semakin parah (depresinya) maka Ira dibawa ke puskemas guna mendapat perawatan medis. Kita berharap murid saya ini bisa kembali sehat sediakala dan bisa sekolah lagi,” ujar Abidin.
Pandemi Covid-19, yang berkepanjangan rupanya membuat keluarga Uminah tak kuasa dalam menyukupi kebutuhan hidup, apalagi harus membelikan telepon pintar untuk anaknya bersekolah daring. Sebab, penghasilannya yang didapatnya bersama suaminya yang merupakan ayah tiri Ira sebagai pekerja serabutan hanya bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Oleh karena itu, di tengah kesulitannya saat ini Uminah hanya bisa pasrah dan berdoa agar anaknya yang tadinya sehat bisa kembali sehat seperti umumnya. Begitupun, untuk kebutuhan sekolahnya secara daring ia mengaku belum bisa berbuat apa-apa. Uminah bersama suami dan anaknya tinggal di sebuah rumah panggung terbuat dari anyaman bilik. Tak heran, ia tidak bisa memberikan yang terbaik bagi anaknya kesayangannya tersebut.
“Awalnya orangtua Ira tidak berani menyampaikan lantaran kondisinya yang tidak mampu. Kedua orangtua Ira hanya buruh serabutan, kadang untuk makan saja kerap kekurangan,” katanya.
Pandemi Covid-19 kegiatan belajar mengajar harus dilakukan secara daring. Kegiatan ini tidak lain sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk mencegah terjadinya penyebaran Covid-19. Sementara Ira tidak memiliki ponsel.
“Sejak Covid ingin punya handphone, hanya saja tidak berani bilang, karena tinggal sama orangtua, bapaknya tiri. Jadi nggak berani bilang, ditahan, mungkin sekarang puncak dari ditahan berbulan-bulan, jadinya depresi,” tandasnya.
Sementara Uminah, berharap anaknya bisa kembali sembuh seperti sebelumnya. Kata dia, biasanya Ira adalah anak yang ceria, namun tiba-tiba murung dan menutup diri sejak sebelum lebaran. “Sudah dibawa ke Puskesmas, dicek kondisinya, karena tidak mau makan dan minum, menutup diri terus di kamar,” kata Uminah. (mulyana/made)
Diskusi tentang ini post