SATELITNEWS.ID, LEBAK–Masyarakat Kecamatan Bayah di Kabupaten Lebak dan sekitarnya bergembira menyambut bulan Salawena (25) atau Sawal setelah Ramadan. Mereka berburu ikan jenis inpun (teri) ukuran kecil maupun besar di pesisir pantai setempat. Ikan tangkapan itu bisa dijual maupun sebagai santapan untuk melengkapi hidangan .
Ratusan warga yang berbondong-bondong turun ke laut membawa beberapa peralatan seperti dokdok atau jaring tradisional, tepatnya ke muara Sungai Madur merupakan aksi yang sudah turun temurun dari nenek moyang setempat. Setiap setahun sekali kegiatan yang dimulai sejak pagi hingga sore hari tersebut membuat masyarakat setempat penuh suka cita. Banyaknya ikan inpun yang begity melimpah membuat suasana begitu menyenangkan.
“Ikan itu diburu karena tengah naik ke permukaan pantai. Dan itu terjadi setahuh sekali lebih tepatnya setiap bulan Salawena (25) setelah bulan Ramadan,”kata Tokoh Masyarakat Kecamatan Bayah, Erwin Komara Sukma kepada Satelit News.ID.
Ikan yang naik kepermukaan laut hanya pada momen dan bulan tertentu saja. Kata mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lebak ini, menjadi momen yang ditunggu oleh masyarakat. Sebab, dengan banyaknya ikan yang ditangkap bisa dijadikan lauk pauk untuk makan, maupun untuk di jual kembali. Karena, ikan – ikan tersebut memiliki rasa yang nikmat di lidah bahkan untuk harga jualnya saat ini per gelasnya Rp15 ribu. “Ini kan jarang-jarang, jadinya engga bakal kita lewati buat nangkep ikan impun itu,” katanya.
Aksi penangkapan ikan inpun, menurutnya sudah dilakukannl beberapa hari terakhir. Untuk hari ini warga sudah mulai sedikit yang turun karena ikannya sudah berkurang. Namun antusias warga tetap ada. “Alhamdulilah pada pagi hari ini warga sudah mendapatkan hasil. Dari melakukan penangkapan tadi pagi jam 6 pagi,” ujarnya. “Kalau lagi banyak sampai lima hari. Waktu penangkapan biasanya dari pagi sampai jam 14.00 siang kemudian dilanjut sore sampai Magrib,” timpalnya.
Penangkapan ketika gerombolan ikan impun masuk pesisir muara Sungai Madur yang yang sudah turun temurun ini, merupakan sisi kearifan alam dan harus tetap dilestarikan sebagai penyambung hidup. Apalagi, saat ini pandemi Covid-19 yang masih meraja lela memaksa masyarakat untuk berdiam diri seperti halnya yang tadinya bekerja akhirnya di rumah makan. Sehingga kondisi tersebut membuat masyarakat memgalami penurunan penghasilan. “Alhamdulilah, ini menjadi upaya masyarakat dalam menambah kebutubuhan hidup. Namun disisi lainnya sisi kearipan alam ini juga harus terus dilestarikan,” ucapnya. (mulyana/made)
Diskusi tentang ini post