SATELITNEWS.ID, SERANGN—Pembangunan ruang isolasi tambahan di rumah sakit rujukan penanganan virus corona atau Covid-19 di Banten membutuhkan anggaran hingga Rp12 miliar. Dana tersebut diperlukan karena alat kesehatan yang dibutuhkan memiliki harga yang cukup mahal.
Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) ditemui di pendopo KP3B, Curug, Kota Serang, Rabu (11/3) mengatakan, pihaknya terus berupaya secara optimal merespon merebaknya Covid-19. Salah satunya dengan menjamin kesiapan fasilitas kesehatan dengan menambah ruang isolasi
“Mau kita tambahin ruang (isolasi) kita anggarkan Rp12 miliar. Bukan (mengalokasikan) tapi anggaran yang dibutuhkan. Misal di Tangerang merespon antisipasi, (karena) kita khawatir berkembang,” katanya.
Ia menjelaskan, anggaran itu nantinya akan membuat jumlah ruang isolasi menjadi banyak. “Kita akan tambah, ada yang tambah tiga, tambah empat jadi tujuh, banyak,” imbuhnya.
Soal di mana saja penambahan akan dilakukan, WH enggan merinci. Dia mengaku masih merahasiakannya dan baru akan merilisnya jika alat-alat yang dibutuhkan sudah didapat. “Kita rahasiakan. Kalau sudah datang baru saya kasih tahu,” ungkap dia.
Meski membutuhkan anggaran namun pemprov tak bisa menggunakan dana APBD. Penggunaan alokasi anggaran untuk keperluan diluar yang telah direncanakan pada tahun berjalan hanya bisa digunakan jika ada status darurat bencana.
Lebih lanjut dipaparkannya, agar tetap bisa menambah jumlah ruang isolasi ia pun meminta partisipasi dari para pengusaha. Bahkan, dirinya juga sudah mengumpulkan para pengusaha untuk menyampaikan maksud dan tujuannya itu pada Selasa (10/3) malam.
“Tadi malam saya kumpulkan pengusaha agar membantu untuk ruang isolasi karena kita akan bangun lagi ruang isolasi. Jadi pengusaha coba terlibat, nyumbang alatnya kan mahal itu alatnya. Mungkin pengusaha mau partisipasi, sumbang. Ada enam pengusaha (yang dikumpulkan),” terangnya.
WH menegaskan, tak ada maksud lain dalam pertemuan tersebut selain dalam rangka antisipasi dan penanganan Covid-19. “Saya cuma ingin menyentuh dari sisi sosial, tanggung jawab sosial mereka. Respon sih walau belum (tindak lanjut). Kita cuma mengimbau, tidak memaksa,” ujarnya.
Di sisi lain, untuk saat ini terdapat tujuh warga Banten yang dalam pengawasan pemprov. Mereka yang dipantau adalah yang baru kembali dari lawatannya ke luar negeri atau umrah.
“Aktivitas mobilisasi orang-orang itu kita pantau. Dipantau dan diawasi tapi belum ada cukup bukti, indikasi belum ada yang terkena (positif terinfeksi) sampai saat ini,” tambahnya.
Kepala Dinas Kesehatan Banten Ati Pramudji Hastuti mengatakan, pemprov telah menambah rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 menjadi sebanyak enam rumah sakit. Keenamnya adalah RS Drajat Prawiranegara, RSUD Cilegon, RSUD Kota Tangerang, RSUD Kabupaten Tangerang, RSUD Banten dan RSUD Balaraja.
“Penambahan rumah sakit rujukan kita bisa mengajukan atau mengusulkan ke Kemenkes (Kementerian Kesehatan),” ujarnya.
Pada bagian lain, antisipasi pasien yang terdeteksi suspect korona jugua dilakukan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Berkah Pandeglang. Rumah sakit pelat merah milik Pemkab Pandeglang itu menyediakan ruang isolasi untuk melakukan penanganan pertama.
Direktur RSUD Berkah Pandeglang, Kodiat Juarsa mengatakan, dalam menyikapi wabah virus korona di Kabupaten Pandeglang, pihaknya melakukan beberapa upaya diantaranya menyediakan ruang isolasi dan sosialisasi penanganannnya.
“Kita telah melakukan beberapa antisipasi yang salah satunya adalah bagaimana mensosialisasikan kepada petugas kesehatan di RSUD Berkah Pandeglang termasuk petugas Puskesmas serta Ikatan Dokter Indonesia (IDI) untuk penanganan pasien yang terdeteksi suspect Corona serta melakukan demo bagaimana pemakaian Alat Pelindung Diri (APD),” kata Kodiat, Rabu (11/3).
Selain itu, lanjut Kodiat, disediakannya ruang isolasi merupakan salah satu implementasi dari hasil pertemuan dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten yang dihadiri Gubernur Banten, Wahidin Halim yang disosialisasikan melalui Dinkes Provinsi.
“Seluruh rumah sakit yang ada di Banten, wajib menangani seluruh kasus bagi pasien dengan pemantauan. Sedangkan pasien yang terindikasi virus Corona dengan status pengawasan itu nantinya akan langsung dirujuk ke rumah sakit yang jadi rujukan di Banten,” terangnya.
Kodiat menambahkan, jika nanti di lapangan ditemukan kasus pasien dengan status pengawasan tersebut, maka akan diberikan rujukan ke rumah sakit yang telah ditetapkan oleh Pemprov.
“Jadi kalau ada pasien dengan status pemantauan akan langsung dirujuk yaitu rumah sakit Drajat Prawiranegara dan RSUD Kabupaten Tangerang. Jadi RSUD Berkah ini tidak melakukan perawatan, jadi kalau ada pasien dengan status pemantauan langsung dirujuk. Akan tetapi jika ada pasien yang terkena Inpeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan dicurigai dengan pneumonia kami telah siapkan ruangan isolasi dan dilakukan penanganan pertama,” ujarnya.
“Jika nanti setelah dilakukan penanganan pertama oleh pihak RSUD Berkah, maka pasien akan langsung diberikan rujukan untuk ditangani di rumah sakit yang telah ditunjuk oleh Pemprov Banten,” ungkapnya.
Menurutnya, sejak disediakan ruang isolasi tersebut, pihak RSUD Berkah belum menerima pasien yang teridentifikasi virus Corona. Karena pihaknya belum menerima laporan dari tim Instalasi Gawat Darurat (IGD).
“Hingga saat ini tidak ada yang dicurigai pasien suspect Corona, karena memang salah satunya adalah penderita itu melakukan perjalanan dalam 14 hari terakhir dari daerah terjangkit kemudian pernah kontak dengan penderita. Sampai saat ini dari tim IGD, kami tidak ada laporan itu,” jelasnya. (dhe/rus/enk/bnn)
Diskusi tentang ini post