SATELITNEWS.COM, TANGERANG.COM—Ribuan kepala keluarga di Kabupaten Tangerang mengalami kesulitan air bersih akibat kekeringan. Mereka berasal 56 desa yang tersebar di 11 kecamatan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tangerang, Ujat Sudrajat mengatakan 11 kecamatan yang mengalami kesulitan air bersih ialah Balaraja, Cisauk, Gunung Kaler, Jambe, Jayanti, Kemeri, Legok, Mekar Baru, Kosambi, Tigaraksa dan Panongan.
“Sudah ada 11 kecamatan di Kabupaten mengalami krisis air bersih. Tapi tidak seluruhnya per-kecamatan itu mengalami kesulitan air. Hanya di beberapa desanya saja. Dan kekeringan itu akibat musim kemarau dampak dari fenomena El Nino,” kata Kepala BPBD Kabupaten Tangerang Ujat Sudrajat, Selasa (12/9).
Menurut Ujat, yang mengalami kekeringan semuanya menggunakan air tanah langsung atau memiliki sumur sendiri. Mereka tidak menggunakan air dari PDAM. Kata Ujat, apabila ditotal jumlah KK yang mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih mencapai 6 hingga 7 ribu KK.
“Jumlah KK mencapai ribuan, yang terdiri dari 56 Desa/Kelurahan yang ada di 11 Kecamatan tersebut. Seperti di Kelurahan Balaraja, Kecamatan Balaraja mencapai 1.024 KK, lalu di Desa Serdang Kulon, Kecamatan Panongan, ada 2.575 KK. Maka kalau dijumlah keseluruhan bisa mencapai 6 sampai 7 ribu KK, bahkan bisa lebih, ” kata Ujat.
Kata Ujat, saat ini BPBD Kabupaten Tangerang masih terus mengoptimalkan pendistribusian air bersih. Pihaknya berkoordinasi dengan PDAM dan PMI Kabupaten Tangerang untuk menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang terdampak kekeringan tersebut.
Diantaranya dari PMI pada bulan Agustus sebanyak 15.000 liter untuk 370 KK dan 1.233 jiwa, di Desa Waliwis, Gandaria dan Serdang Kulon. Lalu, untuk di bulan September 2023, sebanyak 5.000 liter telah didistribusikan kepada 200 KK 654 jiwa di Desa Kronjo.
“Dari PDAM, pada bulan Juli sebanyak 4.910 meter kubik dan Agustus 4.365 meter kubik telah disalurkan, ” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga kini telah menyiapkan satu rit air bersih untuk pendistribusian sebanyak 30 kubik. Dalam sehari, kata dia, timnya bisa sampai lima atau enam rit menyalurkan air bersih kepada warga. Karena, bukan hanya kawasan pemukiman, akan tetapi ke tempat ibadah (masjid) dan sekolah untuk keperluan MCK.
“Kami (BPBD, Red) dalam penyaluran air bersih berkoordinasi dengan Dinas Perkim PDAM serta PMI. Karena armada mobil tangki BPBD terbatas,” ungkapnya.
Ujat menambahkan, akibat fenomena El-Nino ini juga ratusan hektare lahan tani dan perswahan mengalami kekeringan, hingga fuso. Ujat menjelaskan, berdasarkan data yang dihimpun BPBD jumlah keseluruhan lahan tani dan persawahan di Kabupaten Tangerang sebanyak 36.202 Hektare. Standing corp 17.282 hektare dan luas lahan yang mengalami kekeringan sebanyak 602 hentare.
“Rinciannya, kekeringan ringan 480 hektare, kekeringan sedang 67 hektare, kekeringan berat 20 hektare, dan kekeringan fuso 34 hektare, ” tandas Ujat.
Sebelumnya, kekeringan dan krisis air bersih semakin meluas di Kabupaten Serang akibat kemarau berkepanjangan.Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah pun menetapkan status tanggap darurat bencana kekeringan. Melalui penetapan status tersebut, Pemkab Serang dapat mengeluarkan dana tidak terduga untuk penanganan kekeringan.
Status tanggap darurat bencana kekeringan tertuang dalam Keputusan Bupati Serang Nomor 360/Kep.467-Huk.BPBD/2023. Keputusan tersebut ditetapkan atas situasi dan kondisi sejumlah kecamatan serta desa di Kabupaten Serang yang sangat terdampak kemarau dan El Nino. Dampak dari hal tersebut yakni mengakibatkan adanya bencana kekeringan dan krisis air bersih. Selain itu juga berdampak pada kondisi sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat.
Menurut Bupati Serang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah menggelar rapat dengan DKPP, Dinas Sosial, BMKG, PDAM, dan sejumlah pemerintah kecamatan untuk membahas dampak kemarau dan El Nino. Selanjutnya BPBD Kabupaten Serang sudah melakukan assesmen terhadap kecamatan dan desa yang saat ini mengalami kekeringan dan krisis air bersih. (alfian)
Diskusi tentang ini post