SATELITNEWS.COM, SERANG – Menjadi seorang disabilitas Tuna Daksa (cacat tubuh), serta memiliki banyak kekurangan bukan menjadi suatu alasan.
Bagi Johan (28), tidak ada alasan untuk terus berdiam diri meratapi nasib dan menjalani hidup tanpa semangat.
Pria asal Kampung Kelapa Nunggal, Desa Majau, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang ini, terus berusaha menjadi pekerja serabutan demi menghidupi istri dan 3 anaknya.
“Asal bukan jadi pengemis, semua pekerjaan siap saya lakukan,” ungkap Johan, sambil bekerja di bengkel mobil Delta Dua, di Kota Serang, Selasa (3/10/2023).
Tak heran bagi Johan, dirinya sering mendapatkan perundungan hingga perlakuan tidak adil, oleh beberapa orang dilingkungan sekitarnya.
Keadaan fisik tidak sempurna, lagi – lagi bukan menjadi suatu halangan baginya untuk berusaha menafkahi keluarganya. Menjadi pekerja Buruh Harian Lepas (BHL), hingga kuli panggul saat panen padi.
“Dulu pernah kerja di Jakarta juga, setelah itu kerja di bengkel mobil di Bogor. Pas waktu Covid-19, pulang ke kampung” aku Johan.
“Yang paling sering, cari upahan jadi kuli panggul saat panen padi. Selain itu juga, garap sawah punya orang di kampung. Karena sekarang musim panas, jadi susah buat garap sawahnya” sambung Johan.
Saat ini, sudah 3 minggu Johan bekerja di bengkel mobil Delta Dua, di Kota Serang. Bukan menjadi montir, melainkan mengerjakan pekerjaan ringan seperti pengelupasan cat mobil, dempul dan lainnya.
Diketahui, Tahun 2007 lalu, saat Johan berusia 12 tahun dirinya mengalami musibah di patok ular. Sehingga, anggota tubuhnya membusuk pada bagian lutut, hingga kaki kebawah.
Kondisinya makin kritis, karena beberapa bulan tidak di bawa ke rumah sakit, hingga akhirnya tim relawan Fesbuk Banten News (FBn) bidang kemanusiaan mendampingi Johan, untuk melakukan pengobatan di Rumah Sakit sampai akhirnya kaki kanannya di amputasi.
“Usia saya waktu itu 12 tahun, kejadiannya. Karena di patok ular tanah, waktu sedang membakar hutan. Persis kejadiannya di bulan puasa” tambahnya.
Dikatakan, dirinya akan terus berupaya sekuat tenaganya untuk mencari rezeki (nafkah) demi menghidupi anaknya yang saat ini masih usia balita (2,5).
Johan menambahkan, kaki palsu saat ini ia pakai merupakan pemberian dari salah satu lembaga amal zakat, yang sudah berusia 6 tahun dengan kondisi rusak pada bagian atas dan sudah tidak nyaman saat dipakai.
“Kaki palsu yang ini kalau dipakai, sudah mulai kerasa sakit. Saya bukannya mau minta-minta, tapi mudah-mudahan ada perhatian dari dermawan maupun pemerintah, yang mau membantu memberikan kaki palsu yang baru,” imbuhnya. (mardiana)
Diskusi tentang ini post