SATELITNEWS.COM, SERANG – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Serang, angkat bicara terkait beredarnya informasi adanya pelajar SMP yang menjadi korban pencabulan, dikeluarkan sekolah.
Berdasarkan penjelasan Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah, permasalahan ini disebabkan oleh siswi yang teridentifikasi masuk dalam kenakalan yang sudah berulang.
Kepala Disdikbud Kabupaten Serang, Asep Nugrahajaya mengatakan, anak tersebut bukan dikeluarkan dari sekolah melainkan dipindahkan ke sekolah lain.
Karena jika tidak dipindah, ini sangat berdampak pada siswi yang bersangkutan dan terus terusan di bully. Selain itu, anak – anak lain terpengaruh kondisi kurang baik.
“Kemarin sorè, saya dapat info dan langsung ketemu Kepsek, para Wakasek dan langsung diminta penjelasan. Ini permasalahan dari siswa yang teridentifikasi masuk dalam kenakalan tapi sudah berulang,” ujar Asep, Kamis (12/9/2024).
Asep menuturkan, pemindahan siswa tersebut awalnya sudah disepakati dan mereka menerima. Bahkan, sudah dapat sekolah yang baru.
“Tapi kemarin jadi agak ribut,” ujarnya.
Sementara, Relawan P2TP2A Kecamatan Bojonegara, Husnawati, meralat bahwa ada dua orang korban pencabulan yang dikeluarkan dari sekolahnya.
Sementara, satu lagi adalah korban kekerasan ibunya yang menempuh pendidikan di Pondok Pesantren di Kramatwatu.
“Tiga orang korban semuanya dari Bojonegara. Dua diantaranya Sekolah di SMP Bojonegara dan 1 Orang di Pondok Pesantren di Kramatwatu,” kata Husnawati, saat dihubungi, Kamis (12/9/2024).
Husnawati menuturkan, pihaknya sudah berusaha melakukan komunikasi dengan pihak sekolah, agar anak – anak korban pencabulan tersebut tidak dikeluarkan. Namun pihak sekolah beralasan, itu merupakan konsekuensi dari tingkah laku mereka.
“Saya sudah ngomong sama gurunya, kalau dibawah umur itu korban. Tapi tetap tidak menerima. Karena tingkah lakunya itu,” ujarnya.
Husnawati mengaku, jika korban bukan tidak ingin untuk pindah ke sekolah lain. Tapi karena tidak ada biaya, sehingga tidak mampu untuk pindah sekolah dan tetap memilih bertahan disekolah tersebut.
Husnawati mengungkapkan, dirinya pernah dihubungi oleh pihak kecamatan bahwa dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) akan memanggil Kepala Sekolah.
Namun sampai sekarang belum ada kejelasan kapan ada pemanggilan.
“Harapannya, mereka itu pengen sekolah di SMP yang sama. Karena biaya gak ada, rumahnya juga gubuk,” pungkasnya. (sidik)
Diskusi tentang ini post