SATELITNEWS.ID, SERPONG—Perhelatan pilkada serentak tahun ini berbeda. Pandemi Covid-19 memaksa semua kegiatan yang membutuhkan kerumunan orang dibatasi. Tak terkecuali dengan ajang pesta demokrasi lima tahunan bernama pilkada yang digelar pada 9 Desember mendatang. Dibutuhkan terobosan luar biasa agar warga mau ramai-ramai datang ke TPS tanpa takut tertular virus mematikan tersebut.
KPU Kota Tangsel kini sudah punya gedung sendiri. Tidak lagi ngontrak di daerah BSD. Letaknya di kawasan Serpong. Dekat dengan kantor DPRD Kota Tangsel. Bangunannya megah dengan lima lantai. Sayang, interior di dalamnya masih minim. “Kita baru tempati kantor baru ini sejak bulan Januari lalu,” kata Ketua KPU Kota Tangsel Bambang Dwitoro mengawali obrolan dengan pimpinan Satelit News dan Tangsel Pos, Kamis (2/7).
Bambang mengakui bahwa pelaksanaan pilkada tahun ini adalah gelaran yang tidak biasa. Dibutuhkan kerja keras dan kerja cerdas semua jajarannya agar pilkada Tangsel tahun ini benar-benar sukses meski di tengah pandemi. “Ini menjadi tantangan kami untuk menyukseskan Pilkada Tangsel di tengah pandemi seperti ini. Tentunya harus ada banyak penyesuaian, dimana semua tahapan harus mengutamakan protokol kesehatan,” jelas Bambang.
Kata Bambang, protokol kesehatan menjadi kunci utama yang harus dilaksanakan bagi KPU dalam menjalankan setiap tahapannya. “Bahkan saat ini masih terjadi perdebatan di tingkat pusat soal alat coblos. Apakah alat dibuat sesuai jumlah pemilih di TPS, atau cukup satu alat saja tetapi setelah dipakai langsung dicuci. Tinta juga diwacanakan tidak lagi dicelup, tapi disemprot. Dan lagi, semua berkas-berkas pencoblosan itu akan disemprot disinfektan,” tambahnya.
Yang menjadi kekhawatiran KPU adalah pandemi ini akan berdampak pada tingkat partisipasi pemilih. Karenanya, KPU terus memutar otak bagaimana caranya agar warga tetap mau datang ke TPS memberikan hak suaranya tanpa khawatir tertular virus corona.
“Kami akan gencar sosialisasi, terutama lewat media massa, baik cetak maupun online. Karena dengan begini sosialisasi yang kita sampaikan bisa sampai ke masyarakat. Dan tidak hanya media massa saja, tetapi dari media sosial kami juga akan gencarkan,” ungkapnya.
Bambang mengutip hasil survei internalnya, bahwa tingkat ketahuan warga Tangsel soal adanya pilkada ternyata lebih banyak diketahui dari media sosial. “Angkanya mencapai 80 persen warga tahu ada pilkada dari medsos. Rata-rata memang pemilih muda. Tapi ini potensi bahwa sosialiasi yang masih akan membuat warga mau dating ke TPS,” ujarnya.
Menurut dia, pilkada di tengah pandemi ini juga harus lebih banyak lagi keterlibatan masyarakat, untuk mengingatkan sesama betapa pentingnya pilkada bagi masyarakat untuk menentukan pemimpinnya. “Dan yang terpenting ialah kita harus saling mengingatkan, bahwa pilkada ini adalah pesta kita, dimana di momen inilah kita memilih siapa pemimpin yang sesuai dengan keinginan kita. Makanya keterlibatan seluruh elemen untuk mensukseskan masayrakat itu sangat penting,” pungkasnya.
Selain tantangan tingkat partisipasi, tantangan lainnya adalah tingkat pengetahuan warga terhadap calon walikota dan wakil walikota. Itu karena sosialiasasi calon sangat dibatasi. “Kampanye akbar itu tidak boleh. Yang boleh itu pertemuan terbatas, dan jumlahnya juga dibatasi, kira-kira 20 orang. Dan sebagian kalangan menghawatirkan ini akan berdampak pada angka partisipasi. Tapi kami akan tetap optimis,” tandasnya. (dra/dm/bnn)
Diskusi tentang ini post