CIPONDOH, SNID–Kematian seorang pedagang di Pasar Sipon, Cipondoh beberapa waktu lalu membuka tabir sejumlah persoalan di pasar tersebut. Persoalan pedagang liar hingga praktik percaloan disebut-sebut sebagai dalang sulitnya penertiban pasar.
Merunut informasi yang dihimpun, pada tahun 2010, saat sejumlah pedagang masih tetap nekat melapak di perempatan Sipon, Jalan Maulana Hasanuddin, Cipondoh persoalan mulai muncul. Pasar tumpah itu akhirnya direlokasi saat pembangunan jalan kali Irigasi dimulai. Sejumlah bangunan semi permanen sepanjang sisi jalan dibongkar berganti lahan terbuka.
“Mulai pembangunan jalan, relokasi lah mereka ke lahan pak Husin. Waktu itu masih tradisional,” kata Yusman menantu pemilik CV Haji Husin, pengelola pasar. Pemilik tanah, kata Haji Husin, diklaim menampung sejumlah pedagang tanpa memungut biaya. Sampai tahun 2015 resmi berbadan hukum CV, pedagang mulai dipungut biaya.
Sementara itu pedagang yang direlokasi di areal tersebut, muncul pedagang baru yang berjualan di luar arela pasar. Lapak yang dulu telah berganti lahan terbuka kembali diisi pedagang di sepanjang Jalan Irigasi Sipon hingg 1 Kilometer.
Wiwi pedagang sayuran mengaku mengalami penurunan omzet sejak pedagang baru berjualan di luar areal apasar. Bila sebelumnya ia mampu meraup Rp 6 juta dalam sehari, kini omset tertinggi hanya sampai Rp 4 juta. Kondisi itu tak lain lantaran pembeli lebih memilih bertransaksi di luar areal pasar karena aksesnya dinilai lebih mudah. “Namanya juga sawahnya (mata pencaharian) di sini. Mau bagaimana lagi, pasrah ajalah,” kata pedagang yang telah melapak sejak 2015 tersebut, kemarin.
Selain dia, Usman, pedagang buah di pasar CV Haji Husin. Dia menceritakan, pasar tersebut terhitung ramai dahulu. Pasalnya, sejumlah pedagang tertib berjualan di luar saat itu. Kini, ia mengaku hanya beberapa pelanggan setianya yang masih membeli di lapaknya. “Saya pagi-pagi udah gerah, setengah enam ngelayanin pembeli, sekarang sibuk maen hape aja,” ujarnya.
Sementara Wiwi dan Usman bertahan di dalam areal pasar, Anton pedagang daging memilih membuka lapak kedua di luar. Ia mengaku tak punya pilihan. Memilih bertahan, menurutnya, sama saja memilih merugi. “Lapak di dalam mash ada, tapi mau bagaimana lagi. Rugi mas kalau di dalam doang mah,” imbuh Anton.
Tak ubahnya Anton, mendiang Ali pedagang yang meninggal saat penertiban, juga membuka lapak keduanya di sisi jalan. Nahas, ia meregang nyawa terserang sakit jantung saat Satpol PP Kota Tangerang menertibkan lapaknya.
Sejumlah alasan dikemukakan pedagang baru yang berjualan di luar areal pasar. Hendri misalnya, memilih melapak di luar karena enggan membayar sewa lapak. Dia bersama istrinya memang biasa berdagang tak tentu tempat, kadang di pasar malam, tidak jarang di pasar pagi. “Kalau kami kan memang keliling. Tapi di sini memang rutin bukan pagi tutup menjelang siang,” ujar pedagang pakaian ini.
Soal harga sewa lapak dan kios di areal pasar, Yusman membantah mematok harga terlalu mahal. Yusman merinci, harga sewa lapak berukuran 2×2 meter di tempatnya hanya Rp 3 juta per tahun, sementara harga sewa kios dipatok Rp 8 juta pertahun. “Ini kadang yang salah. Harga sewa di sini itu murah. Cuma pedagang kan informasinya salah,” kata Yusman.
Upaya menengahi persoalan pedagang diklaim telah dilakukan pemerintahan setempat sejak lama. Camat Cipondoh Rizal Ridhollah menyebutkan, selain upaya kuratif berupa penertiban, pihaknya telah mengajak dialog pedagang. Ia meminta pedagang di arela luar pindah di tempat yang tidak mengganggu ketertiban umum.
Namun upaya itu seolah sia-sia. Berulang kali ditertibkan, pedagang kembali berjualan di luar. Rizal menduga, kondisi itu juga terjadi lantaran kerja oknum calo. “Kalau bicara ormas, mereka lepas tangan. Katanya perorangan. Oknum ini yang menjamin pedagang dan ada terus baru,” terangnya.
Penertiban yang semula rutin dilakukan, kini terpaksa dihentikan lantaran insiden kematian seorang pedagang saat pihaknya melakukan penertibannya. Namun ia mengaku bakal terus melakukan penetrasi setelah kondisinya memungkinkan. “Kehabisan upaya sih belum, karena terbentur kemarin (pedagang meninggal) kami bikin dingin dulu lah situasi. Kami survei tapi kamu belum ke sana dulu khawatir situasi, secara psikologis teman-teman trantib juga kena lah,” kata Rizal. (iqbal/made)
Diskusi tentang ini post