SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Manchester City menjadi juara Piala Super Eropa lewat kemenangan 5-4 atas Sevilla di adu penalti. Kedua tim sebelumnya bermain imbang 1-1 di waktu normal.
Man City vs Sevilla berlangsung di Stadion Karaiskakis, Piraeus, Yunani, Kamis (17/8/2023) hari WIB. The Citizens datang dengan status juara Liga Champions dan Sevilla adalah jawara Liga Europa.
Sevilla memimpin lebih dulu di babak pertama lewat Youssef En-Nesyri. Man City kemudian menyamakan skor menjadi 1-1 melalui Cole Palmer, yang kemudian laga dilanjutkan ke adu penalti.
Dalam duel tos-tosan, Man City menang 5-4. Seluruh pemain City mampu mencetak gol, Sevilla harus gigit jari setelah bola tembakan Nemanja Gudelj membentur mistar.
Hasil akhirnya bisa saja berbeda, jika Sevilla mampu menuntaskan peluangnya lebih baik. Pada menit ke-64, mereka mendapatkan peluang saat En-Nesyri berhadapan satu lawan satu dengan Ederson.
Akan tetapi sepakannya bisa diblok oleh kiper internasional Brasil tersebut. Manajer Man City Pep Guardiola menyebutnya sebagai momen krusial, membandingkannya dengan penyelamatan Ederson di final Liga Champions musim lalu.
“Kami beruntung karena Eddy (Ederson), seperti di momen-momen terakhir final Liga Champions, menyelamatkan kami di saat tepat. Secara umum pertandingannya sangat bagus, meski kami bermain lebih baik di 30 menit terakhir babak kedua,” ungkap Guardiola di situs resmi klub.
“Sevilla punya pemain-pemain internasional berpengalaman, kiper luar biasa, para bek sayap, berkualitas di depan, mereka bermain sangat direct dan mengirim bola ke depan dengan cepat, dan mereka sangat bagus dalam permainan ini.”
“Namun secara umum, setelah kebobolan kami bermain baik dan khususnya di 30 menit terakhir. Ini seperti final melawan Inter, laga yang ketat, dan dalam periode itu sepakbola menjadi seperti koin,” imbuhnya.
Dalam duel tos-tosan, Man City menang 5-4. Seluruh pemain City mampu mencetak gol, meski ada bola tembakan Walker selaku penembak terakhir yang nyaris gagal karena sempat mengenai tangan Bono.
Walker mengaku sejatinya dia tak pernah mau mengambil penalti. Namun, situasi saat ini berbeda dikarenakan Walker adalah kapten, menggantikan peran Kevin De Bruyne. “Jika ada yang bermain dengan saya, mereka tahu saya tidak suka mengambil penalti karena saya tidak suka mengecewakan orang jika gagal. Pep menempatkan saya di posisi lima,” kata Walker kepada TNT Sports.
“(Saya ingin) menunjukkan kepemimpinan. Untungnya itu masuk dan itu membuat posisi memimpin (5-4),” sambungnya.
Keberhasilan City juga menempatkan Guardiola memecahkan rekor di kompetisi tersebut. Pria Spanyol itu berhasil mengangkat Piala Super Eropa untuk keeempat kalinya.
Guardiola menjadi pelatih kedua yang menjadi juara Piala Super Eropa empat kali setelah Carlo Ancelotti. Namun, ada rekor unik lain yang membedakan Guardiola dengan Don Carlo.
Guardiola berhasil menyabet Piala Super Eropa di tiga klub berbeda, sementara Ancelotti bersama dua klub berlainan. Dia menjadi pelatih pertama yang mencapai prestasi tersebut.
Manchester City menjadi tim ketiga yang dimenangkan Pep Guardiola setelah Barcelona (2 kali) dan Bayern Munich. Manajer 52 tahun itu menjuarai Piala Super Eropa pada 2009, 2011, 2013, dan 2023.
Gelar perdana Man City mengantarkan mereka dengan tiga tim Inggris lainnya yang memiliki satu trofi Piala Super Eropa. Ketiganya yakni Aston Villa, Nottingham Forest, dan Manchester United.
Berbeda dengan Man City, Man United sudah empat kali tampil di Piala Super Eropa. Namun, Manchester Merah cuma bisa menang sekali dan tiga kali menjadi runner up. Liverpool masih menjadi tim Premier League dengan gelar Piala Super Eropa terbanyak (4 kali juara). Chelsea tepat di bawahnya dengan 2 trofi.
Di sisi lain, kekalahan dari Man City menambah deretan prestasi buruk Sevilla di Piala Super Eropa. Ini menjadi kegagalan keenam beruntun pemilik tujuh trofi Liga Europa tersebut merajai Piala Super Eropa.
Dari tujuh kali keikutsertaan, Sevilla cuma menang sekali saat debut di Piala Super Eropa pada 2006. Sevilla kala itu menang 3-0 atas Barcelona.
Sevilla selanjutnya tak mampu mengulangi prestasi serupa. Los Palanganas harus puas jadi runner-up edisi 2007, 2014, 2015, 2016, 2020, dan 2023.
Sevilla pun menjadi tim yang paling sering kalah dalam sejarah Piala Super Eropa. Padahal, Sevilla adalah tim keempat yang paling sering tampil di kompetisi tersebut setelah Barcelona (9 kali), Real Madrid (8 kali), dan AC Milan (7 kali). (dm)
Diskusi tentang ini post