SATELITNEWS.COM, KEMIRI – PT PLN Indonesia Power UBP Banten 3 Lontar atau biasa disebut PLTU Lontar Kecamatan Kemiri, memanfaatkan limbah batu bara menjadi pupuk organik atau media tanam. Inovasi ini dimanfaatkan oleh para kelompok pembudidaya labu madu (Butternut Pumpkin) mitra binaan Unit Bisnis Pembangkitan (UBP).
Asisten Manager Umum PLTU, PLN Indonesia Power UBP Banten 3 Lontar, Ferid Setiawan mengatakan, untuk membantu para petani sayur di Kabupaten Tangerang, khususnya wilayah Kecamatan Kemiri, pihaknya manfaatkan sisa pembakaran batu bara, yaitu fly ash dan bottom ash (FABA) dengan tepung cangkang kerang hasil filtrasi supply air laut pada proses produksi listrik, untuk membuat pupuk organik. Selain itu, kata Ferid, pihaknya juga telah membuat kelompok mitra binaan Unit Bisnis Pembangkitan (UBP), yang membudidayakan sayuran labu madu.
“Ini bisa dimanfaatkan untuk membuat pupuk, atau substitusi media tanam budidaya labu madu yang dikelola oleh kelompok mitra binaan Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Lontar yang berlokasi di Kecamatan Kemiri,” kata Ferid Setiawan kepada Satelit News, Kamis (21/3).
Menurut Ferid, batu bara merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi dunia, dimana penggunaannya dapat diperuntukan sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Namun, batu bara juga memiliki sifat tak terbarukan dan dihasilkan dari proses geologi selama puluhan bahkan ratusan juta tahun.
“Kebutuhan batu bara dalam negeri terus meningkat tiap tahunnya. Peningkatan ini tentu memengaruhi produksi FABA yang dihasilkan. Oleh karenanya, penting bagi stakeholder terkait untuk bijak dalam pengelolaan maupun pemanfaatannya,” tukasnya.
Lanjut Ferid, apabila ditinjau lebih lanjut, FABA memiliki nilai guna dan nilai ekonomis. Pemanfaatan terbesar FABA lazim digunakan sebagai material pendukung pada sektor infrastruktur dan stabilisasi lahan.
Berbagai macam studi dan penelitian juga menemukan, bahwa FABA tidak hanya memberikan dampak positif pada aspek ekonomi. Tetapi juga pada aspek lingkungan, melalui pemanfaatannya sebagai pupuk organik untuk tanaman.
Di samping itu, kata Ferid, unit pembangkit listrik juga memproduksi limbah cangkang kerang, yang didapat dari proses filtrasi atau pada saat pengambilan supply air laut. Cangkang kerang ini terbawa oleh arus hisap Circulation Water Pump (CWP) yang kemudian dikumpulkan dalam bak penampung.
“Sejauh ini, cangkang kerang yang telah dicacah menjadi tepung berperan sebagai campuran pakan ternak dan pupuk organik,” katanya.
Masih mata Ferid, program budidaya labu madu sudah berjalan sejak tahun 2021, dan telah melibatkan dua kelompok masyarakat di dua desa berbeda, yakni Kelompok Wanita Tani (KWT) Agria Lestari di Desa Klebet dan Tim Kreatif Lontar di Desa Lontar.
“Kegiatan ini merupakan implementasi nyata dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Unit Bisnis Pembangkitan Lontar, guna menjawab kebutuhan masyarakat terkait ketahanan pangan dan memberikan dampak positif pada aspek lingkungan,” tandasnya.
Dampak dari aplikasi FABA dan cangkang kerang sebagai substitusi media tanam pada budidaya labu madu, dapat dilihat pada diameter batang yang lebih tebal dan kokoh, serta luas penampang daun yang lebih lebar, sehingga semakin besar laju penyerapan CO2 yang terjadi.
Berdasar hasil perhitungan, penanaman sebanyak 1.200 pohon labu madu pertahun, setara dengan penyerapan CO2 sebesar 1.260 kg CO2eq/tahun. Tentunya, menurut Ferid, hal ini juga turut berkontribusi dalam menurunkan tingkat emisi karbon, akibat pemanasan global yang sedang terjadi saat ini.
“Berdasarkan hasil laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB), FABA dan cangkang kerang berperan sebagai bahan amelioran tanah, karena mengandung Kalsium (Ca) yang bagus untuk pertumbuhan sel tanaman dan berfungsi menaikkan kadar pH tanah,” jelas Derin
Sementara itu, Kepala Desa Klebet, Jamarudin menyatakan, apresiasi kepada PT PLN Indonesia Power UBP Banten 3 Lontar atas dukungannya terhadap kegiatan budidaya labu madu, yang juga telah memberdayakan masyarakat sekitar.
Jamarudin berharap, kedepannya budidaya labu madu menjadi tempat pembelajaran yang mengusung konsep eduwisata, dengan sasaran akademisi, praktisi, hingga masyarakat umum.
”Saya selaku Kepala Desa Klebet mendukung penuh program budidaya labu madu dengan menggunakan metode baru, yaitu media tanam dari fly ash & bottom ash (FABA) dan cangkang kerang. Hal ini juga telah memberikan nilai tambah bagi masyarakat setempat dengan peningkatan ekonomi dari hasil budidaya labu madu,” ungkapnya. (alfian/aditya)
Diskusi tentang ini post