SATELITNEWS.ID, TANGERANG–Berawal dari keresahan melihat kebiasaan warga yang selalu membuang sampah di bantaran Cisadane Komunitas Paniisan akhirnya terbentuk. Ketua RW 01 Kelurahan Panunggangan Barat Kecamatan Cibodas Rojudin khawatir hal itu menimbulkan pencemaran lingkungan.
Upaya Rojudin dimulai dengan membuat papan peringatan namun tidak dihiraukan oleh masyarakat. Kemudian dilanjutkan dengan membuat pagar bambu setinggi satu meter bertujuan menghalangi warga yang ingin buang sampah ke bantaran Sungai Cisadane. “Lagi-lagi upaya itu tidak diindahkan oleh warga, karena tetap saja membuang sampah di bantaran kali Cisadane,” katanya.
Tak berhenti, Rojudin mengajak warga lainnya untuk membuat saung di dekat lokasi pembuangan sampah. Tujuannya agar siapapun yang membuang sampah di lokasi akan merasa malu dengan keberadaan saung yang menjadi pusat berkumpulnya warga.
“Meski dinilai tidak berguna karena bau dan membahayakan berada dekat aliran Sungai Cisadane tetapi kenyataannya cara itu efektif mengurangi warga yang membuang sampah sembarangan. Upaya mencegah buang sampah ke sungai terus dilanjutkan dengan menanam pohon produktif dan tanaman hias di sekitar lokasi.
Seiring berjalannya waktu semakin banyak tanaman yang tumbuh membuat suasana menjadi lebih hijau dan sejuk dan pada akhirnya dibuatlah nama Taman Paniisan yang berasal dari bahasa Sunda “tiis” yang artinya dingin atau sejuk. Taman Paniisan pun menjadi tempat yang nyaman untuk warga sekitar Baik dewasa, remaja ataupun anak – anak berinteraksi.
Namun pada Juni 2018 Taman Paniisan terkena dampak proyek turap dari pemerintah pusat. Kondisi ini memaksa saung – saung di Taman Paniisan dipindahkan, begitu juga dengan pepohonan atau tanaman yang ada di Taman Paniisan.
Perjuangan warga yang telah membangun taman Paniisan pun tidak reda begitu saja. Pihaknya kembali menata dan menciptakan ruang terbuka hijau dengan mengajak seluruh elemen warga termasuk remaja, kemudian terbentuklah Komunitas Paniisan.
“Remaja turut berperan serta membangun kembali ruang terbuka hijau, bahkan kini semakin asri dan hijau serta sudah berdiri saung-saung dan taman,” kata dia.
Komunitas Paniisan yang terbentuk memiliki peran dalam mengelola ruang terbuka hijau. Dalam strukturnya komunitas diisi oleh mayoritas pemuda-pemudi setempat.
Rojudin menjelaskan, komunitas Paniisan menjadi wadah dan teladan untuk generasi muda untuk peduli dan berpartisipasi terhadap kelestarian lingkungan hidup. Dalam berbagai kegiatannya mengajak warga lainnya memiliki pengetahuan tentang pentingnya merawat dan menjaga lingkungan.
“Komunitas diisi pemuda dari berbagai latar belakang studi, ada Ilmu Komunikasi, pertanian dan lainnya, mereka bersama-sama menata dan membangun kesadaran warga agar peduli dengan masalah kesehatan lalu meningkatkan kebersamaan antar warga dan membangun kehidupan sosial masyarakat yang sehat dan mandiri,” ujarnya.
Kemudian Komunitas Paniisan juga berperan membantu Pemkot Tangerang dalam program pembangunan. “Pemanfaatan lahan untuk ruang terbuka hijau, ketahanan pangan, dan kedepan disiapkan menjadi ecowisata sehingga mendukung program layak dikunjungi,” katanya. (made)
Diskusi tentang ini post