SATELITNEWS.ID, SETU—Pemerintah Kelurahan Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan menyebut hampir semua titik wilayah RW di wilayahnya terancam longsor. Dari 7 RW, 5 diantaranya masuk kategori rawan bencana longsor.
“Kalau kita lihat di Keranggan secara umum, yang paling rawan itu di wilayah RW 1. RW 5 juga ada, dan RW 4, namun untuk kategori rawan tersebar di lima RW, antara lain RW 1,2,3,4 dan 5. Di wilayah itu terdapat tebing bekas galian tanah,” kata Lurah Keranggan Agus Mudi kepada Satelit News, kemarin.
Walaupun wilayahnya kerap dilanda longsor hingga kekeringan, pihaknya selalu berkordinasi dengan dinas Pekerjaan Umum (PU) Tangsel terkait tindaklanjut wilayah yang terkena dampak longsor tersebut. “Selama ini terantisipasi semua. Tadi kita usulin bersurat ke Pemda untuk visum, nanti teknisnya di Dinas PU menindaklanjuti,” terang Agus.
Pasca kejadian longsor yang menimpa dua rumah warga RT 10/04 pada Selasa (18/5/2021) lalu, Agus juga telah melakukan inventarisir soal jumlah rumah yang terdampak longsor. Hasil inventarisir tersebut, para penghuni rumah selanjutnya diungsikan ke tempat yang lebih aman.
“Kita berkoordinasi dengan RT/RW agar tetap waspada kalau ada curah hujan tinggi. Minimal mereka yang dekat dengan kerawanan harus waspada dan jangan terlena enak tidur,” tandasnya.
Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Pilar Saga Ichsan, turun langsung ke lokasi terjadinya longsor di Keranggan, Rabu (19/5/2021). Dia didampingi Kepala Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Perkimta) Ade Suprizal, pejabat Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), BPBD, serta sejumlah pejabat lainnya.
Pilar mengungkapkan bahwa untuk tahap awal penanganan longsor, pemerintah merelokasi warga yang terdampak longsor dan akan merelokasi juga warga lain yang tinggal di bawah lereng (sipat atau levelling tanah) dengan menyewakan rumah tanpa tenggat waktu.
Kedepan, pihaknya juga menjalin kerjasama dengan BPPT untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah topografi, dan struktur tanah di wilayah tersebut. Pasalnya kondisi tanah yang cukup basah ini ditumbuhi berbagai pohon besar termasuk tanaman bambu yang menyimpan cukup banyak air sehingga berpotensi membuat tanah longsor dan mengancam keselamatan warga.
“Nanti kedepannya apakah akan diadakan relokasi total atau cukup dengan penahanan tanah yang ada disini agar tidak ada lagi longsor. Kan tanah ini basah ada pergeseran tanah, dari BPPT tadi kita dibantu identifikasi,” jelas Pilar.
Secara terpisah, Plt Sekretaris Disperkimta Yulia Rahmawati mengatakan untuk rumah yang rusak, perbaikannya akan dilakukan dengan berkoordinasi dengan dinas terkait. “Kita inventarisir kerusakan rumahnya sambil menunggu kajian topografi serta penanganan yang diperlukan di kawasan tersebut apa saja,” tukasnya.
Hasil observasi, BPPT mengambil kesimpulan bahwa di lokasi longsor ditemukan berupa tipe yaitu rotasi dan sebagian ada yg menyerupai sliding/luncuran. Gejala umum yang harusnya sudah bisa dilihat adalah munculnya retakan-retakan sejajar tebing lereng baik pada permukaan tanah dan retakan-retakan pada bangunan di tebing.
Penyebab longsor terutama dipicu oleh curah hujan pada topografi dengan lereng yang curam dengan soil yang cukup tebal. “Mungkin perkiraan bisa 12-15 meter,” kata Perekayasa Madya Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana BPPT, Nur Hidayat di lokasi kejadian.
Pemicu yang lain adalah beban di atas tebing berupa pohon-pohon bambu bergerombol cukup banyak menyimpan air saat hujan dan berdiri di atas lapisan soil yang tebal sehingga mempercepat terjadinya longsor. Kemudian gerombolan pohon bambu meluncur menghantam rumah penduduk mengakibatkan beberapa rumah warga rusak.
“Kemungkinan terjadinya longsor susulan sangat besar mengingat tebing bekas longsor masih cukup terjal dan banyak retakan-retakan di bagian atas, ditambah lebatnya pohon-pohon berdiri pada soil yang cukup tebal terutama pohon bambu,” beber Hidayat.
Pihaknya merekomendasikan kepada pemda setempat agar melakukan evakuasi pada area beropotensi longsor susulan. Pengurangan beban pada bagian puncak tebing baik berupa bangunan maupun pohon-pohon besar terutama bambu, pengurangan resapan pada bagian atas bukit.
Sedangkan untuk jangka panjangnya, area rawan longsor harus dilakukan penataan kembali topografinya. Salah satunya dengan model terasering yang aman, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan sistem drainase di bagian atas bukit serta perkuatan tebing bisa dengan berbagai cara setelah topografi tertata baik.
Kepala Dinas Perkimta Tangsel Ade Suprizal saat meninjau lokasi rawan longsor di Kampung Momonggor RT.001/01 Kelurahan Keranggan, meminta agar pemerintah Kelurahan segera mengajukan proposal, penurapan tebing maupun pembangunan sarana ibadah dan rumah yang rawan terkena longsor. Untuk penurapan tebing nantinya akan ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU). Sedangkan pembangunan sarana ibadah ditangani oleh Perkim.
“Kalau bisa ajukan proposal secepatnya, mudah-mudahan bisa kita masukkan di APBD Perubahan tahun ini,” imbuh Ade.
Saat ditanya nasib warga yang rumahnya tertimpa reruntuhan tanah di RT 10 Keranggan, dia menegaskan para penghuni rumah telah diungsikan. Pihaknya telah menyediakan rumah kontakan untuk korban longsor tersebut.
“Sudah kita siapkan rumah kontrakan untuk mereka tinggal sementara waktu,” jelasnya. (jarkasih/gatot)
Diskusi tentang ini post