SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Delapan perempuan di Banten meraih penghargaan dari organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Indonesia Maju beberapa waktu lalu. Penghargaan diberikan dalam rangka Hari Kartini tahun 2022 pada (21/04/2022) lalu di Pendopo Gubernur Banten. Adalah Ita Rosita (42) satu dari delapan perempuan di Provinsi Banten yang meraih.
Untuk diketahui OASE adalah organisasi yang diinisiasi oleh Ibu Negara, Iriana Joko Widodo dan Ibu Wakil Presiden Wuri Estu Maruf Amin. Ita meraih penghargaan tersebut atas dedikasinya sebagai perempuan Kota Tangerang yang kesehariaannya beraktivitas sebagai penggerak masyarakat di bidang sosial dan budaya.
Ita aktif di kegiatan relawan sosial sejak tahun 2016 di berbagai aktivitas sosial mulai dari kader posyandu di Kelurahan Kedaung Baru, pekerja sosial Masyarakat (PSM), kader dan penyuluh Pos KB, penyuluh PMKS hingga Relawan kebencanaan Taruna Siaga Bencana (Tagana).
“Alhamdulilah saya meraih penghargaan yang diberikan kepada perempuan di seluruh Indonesia, untuk Banten ada delapan perempuan berasal dari delapan Kabupaten/Kota dengan kategori berbeda-beda,” kata Ita belum lama ini.
Penghargaan yang diraihnya bukan yang pertama untuknya, Ita juga pernah meraih penghargaan tingkat Kota dan Provinsi Banten sebagai kader Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) dibawah naungan DP3AP2KB. “Penilaian dan verifikasi melalui proses secara mendadak dan singkat saya diusulkan oleh Pemkot, lalu saya diminta membuat profil dan video aktivitas, tak disangka saya terpilih mewakili Provinsi Banten,” kata dia.
Ita Rosita bukan satu-satunya relawan sosial di Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Tangerang. Namun hanya Ita yang sosok perempuan yang aktif di kegiatan relawan sosial lainnya seperti PSM, kader dan penyuluh KB.
“Perempuan lainnya ada walaupun sedikit, tapi tidak seperti saya yang juga di PSM, kader kesehatan dan penyuluh KB, ada yang hanya PSM saja, atau kader saja, pada saat mau keluar agar saya fokus di satu kegiatan pihak-pihak terkait banyak yang tidak mengizinkan, jadi tetap saya jalani aktivitas di berbagai kegiatan sosial,” ungkapnya.
Suka duka sebagai relawan sosial banyak dirasakan olehnya salah satunya saat penyaluran bantuan sosial. Perempuan yang memiliki dua anak ini kerap diomeli oleh warga yang tidak mendapatkan bantuan. “Saya nggak pernah balas dengan marah, saya hadapi dengan adem dan sabar,” ujar warga Kedaung Baru Kecamatan Neglasari ini.
Kemudian di Tagana, Ita pernah mengurusi orang terlantar, saat itu terdapat orangtua yang menginginkan agar segera dijemput oleh anaknya. Namun saat dihubungi sang anak berkali-kali menolaknya. “Momen ini paling membuat sedih karena masih ada anak yang menelantarkan orangtuanya yang sudah membesarkannya,” kata dia.
Namun demikian pengalaman yang didapatnya memberikan kepuasan batin sebab Ita dapat menolong orang dari profesinya sebagai relawan sosial.
Bagi Ita Rosita modal utama menjadi relawan sosial adalah keinginan dari dalam hati tanpa paksaan dan mengikuti orang lain. Hal ini yang dapat memberikan kebahagiaan tersendiri bagi relawan jika relawan tersebut dapat membantu sesamanya.
“Kalau mindsetnya uang nggak akan bisa menjadi relawan. Menjadi relawan dari hati bukan berdasarkan mood dalam membantu orang lain, maka akan hadir kepuasaan batin bagi relawan,” ungkapnya.
Sebagai relawan sosial yang banyak beraktivitas membantu orang lain, Ita berharap profesi relawan tidak disalah persepsikan dan dapat lebih dihargai saat bekerja. “Contohnya saat kegiatan penyaluran bantuan sosial, banyak masyarakat melampiaskan aspirasi dan keluh kesahnya ke relawan,” ujar dia.
Padahal kata Ita, menjadi relawan juga banyak mengorbankan waktu dan energinya untuk masyarakat. “Kami relawan sering bekerja overtime, apalagi relawan perempuan juga harus mengatur waktu sebagai seorang ibu dan suami di rumah,” ujarnya. (made)