SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Para tokoh perempuan di Kota Tangerang bersepakat agar kaum Hawa tidak hanya menjadi pelengkap dalam dinamika perpolitikan Indonesia. Untuk itu, peningkatan kapasitas menjadi keniscayaan supaya mereka bisa berkiprah sejajar dengan pria.
Hal itu mengemuka dalam diskusi kepemiluan yang digelar oleh Koprs HMI-Wati (KOHATI) Kota Tangerang di Gedung MUI Kota Tangerang, Rabu (01/03/2023) sore. Diskusi itu menghadirkan kolaborasi politisi perempuan senior seperti anggota DPRD Provinsi Banten Sri Hartati dan mantan Ketua DPC PPP Kota Tangerang Yati Rohayati serta politisi milenials yakni Ketua Himpunan Wanita Karya Kota Tangerang, Ika Lestari.
“Mari kita sama-sama berpikir bahwa Republik Indonesia butuh perempuan. Pemerintah sudah hadir, sudah memberi ruang dan waktu untuk perempuan. Dengan ketentuan bahwa harus ada keterwakilan minimal 30 persen artinya bahwa perempuan diberi peluang seluas-luasnya untuk bisa menjadi politisi,” ungkap Sri Hartati.
Dia juga mengatakan, bahwa politik adalah sebuah kebaikan. Untuk itu, perlu dihapus stigma bahwa politik merupakan kekerasan. “Perempuan harus bisa mengisi kekosongan yang ada. Kenapa harus saya sampaikan mengisi kekosangan yang ada, karena hingga hari ini keterwakilan minimal 30 persen di legislatif belum tercapai. Nah, saya melihat perkembangan kemajuan perempuan sampai hari ini ada geliat, bahwa ada keinginan perempuan-perempuan khususnya di Kota Tangerang, Banten untuk menjadi caleg,” ucapnya.
Ini katanya menjadi langkah maju untuk perempuan, terlebih perempuan di Kota Tangerang dan Banten. Sebab mereka semakin hari makin bisa mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat. “Karena apa, sampai hari ketika perempuan di dalam kebijakan legislatif itu tidak memenuhi standar yang kita inginkan, pasti kebutuhan perempuan serta anak seperti kesehatan pendidikan berat diperjuangkan. Nah, untuk itu saya ada harapan agar perempuan mulai ikut berpikir kesejahteraan rakyat bisa terwujud dengan kontribusi kebijakan perempuan tentunya,” ucapnya politisi dari PDI Perjuangan ini.
Sementara Yati Rohayati mengatakan, agar perempuan tidak sekadar menjadi pelengkap dalam proses politik merupakan tugas bersama, baik itu pemerintah, pemangku kepentingan atau stakeholder serta pengurus partai agar. “Karena SDM perempuan menjadi tanggung jawab bersama.
“Saya terus terang masih melihat lemahnya kapasitas perempuan, banyak perempuan merasa bahwa politik itu ranahnya laki-laki sehingga tidak mau terjun langsung. Jadi kehadirannya akhirnya hanya sekadar ikut-ikutan,”ucapnya. Maka untuk itu, urainya peningkatan kemampuan perempuan sangat diperlukan sehingga perempuan merasa keberadaanny diperlukan di politik itu. “Jadi perempuan masuk politik bukan karena diajak tetapi dia memiliki peran,” terang mantan anggota DPRD Kota Tangerang ini.
Sedangkan Ika Lestari berpendapat kesempatan-kesempatan yang diberikan kepada kaum muda, khususnya dari kalangan perempuan perlu diapresiasi. Sebab itu artinya kesempatan telah ada. “Sekarang adalah, bagaimana mengambil peluangnya, peluangnya apa? Ya tadi adanya kekhawatiran stigma di masyarakat bahwa perempuan tidak mampu. PR nya adalah menambah kapasitas, kapabilitas perempuan serta tampil dan hadir sehingga dipandang mampu,” ucapnya.
Selain itu, Ika juga memberi masukan kepada kaum milenials yang tertarik dan ingin terjun berkiprah di masyarakat. Dia berpandangan berpolitik adalah pilihan tepat. “Karena kita harus menjadi sesuatu untuk dapat menentukan kebijakan-kebijalan lewat kebijakan pemerintah,” ucap politisi Partai Golkar ini. (made)
Diskusi tentang ini post