SATELITNEWS.ID, PANDEGLANG—Ratusan petani Kecamatan Sindangresmi yang tergabung dalam Gerakan Petani Sidangresmi (GPS) mendatangi Dinas Pertanian (Distan) Pandeglang, Selasa (8/9), sekitar pukul 10.30 WIB. Pemicunya, lantaran adanya dugaan pemerasan yang dilakukan oknum Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan dinas kepada para petani agar memberikan uang sebesar Rp12 juta, jika ingin mendapatkan bantuan alat mesin pertanian (Alsintan) atau traktor.
Pantauan Satelit News, ratusan petani yang melakukan unjuk rasa itu telah membawa poster kecaman sambil berteriak meminta keadilan di depan kantor Distan Pandeglang. Selain itu, mereka juga saling bergantian melakukan orasi menyampaikan persoalan yang menimpanya. Bahkan, para petani itu telah bersumpah menggunakan Al-Quran, bahwa yang digaungkan mereka bukan mengada-ngada. Selain itu, mereka mengutuk para oknum yang terlibat.
Aksi yang dikawal ketat aparat kepolisian itu tak ada keributan apapun. Semuanya berjalan lancar hingga massa aksi membubarkan diri, setelah ditemui Kepala Bidang Sarana Prasarana, Uun Junandar dan Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Iping.
Salah seorang orator, Ajat Andrian mengatakan, Pemerintah Pusat melalui Distan Pandeglang telah menggelontorkan batuan Alsintan untuk para petani. Namun, bantuan itu hingga saat ini tak diterima dan tak pernah dirasakan manfaatnya oleh para petani.
“Kenapa program bantuan Alsintan tak sampai kepada para petani? Karena fakta di lapangan program itu dijadikan komoditas jual beli oleh para elit petani, dalam hal ini kami menduga oknum Gapoktan dan Dinas Pertanian,” kata Ajat usai melakukan orasi, Senin (8/9).
Bahkan yang lebih miris dan tak patut dibiarkan ungkap Ajat, para petani jika menginginkan bantuan Alsintan berupa tarktor itu, harus menebus dengan harga yang cukup fantastis. Kata dia, para okum berdalih, jika tak menebus, bantuan itu tak akan turun dan sampai ke tangan para petani.
“Bantuan program hibah Alsintan dari Pemerintah turunnya bukan kepada para petani, namun kepada “cukong” dan “bandit”. Karena ketika bantuan itu turun, para petani harus menebusnya seharga Rp12 juta. Jelas ini memeras para petani yang mesti ditindak tegas,” jelasnya.
Maka dari itulah lanjut Ajat, para petani mendatangi Distan Pandeglang untuk menuntut keadilan dan agar para “bandit” Alsintan di tingkat desa, kecamatan hingga kabupaten ditindak tegas oleh Distan Pandeglang.
“Kami menutut Kepala Distan Pandeglang agar segera turun tangan. Jangan membiarkan para bandit menjual belikan Alsintan, bantuan benih, dan segera tarik bantuan yang sudah dijualbelikan itu. Karena ini bukan isapan belaka. Namun faktanya memang sudah ada dan terjadi menimpa kami,” harapnya.
Selain itu, mereka juga menuntut agar aparat penegak hukum turun tangan menangkap dan mengadili para bandit, yang sudah menjual belikan bantuan Alsintan tersebut.
“Kami minta aparat penegak hukum pun segera turun tangan menindak para bandit tersebut. Karena ini terjadi bukan kali pertama, hampir semua bantuan di wilayah Sidangresmi diperjualbelikan oleh para oknum,” pungkasnya.
Dia menambahkan, pihak Distan Pandeglang juga agar membentuk dan menata kembali Gapoktan yang ada di wilayah Sidangresmi. Karena Gapoktan yang saat ini ada ditudingnya, sudah menjadi “bandit” yang memeras para petani.
“Kami minta juga Distan harus segera mengganti Gapoktan di Sindangresmi. Dan wujudkan transparansi dalam penyelenggaraan program dan aturan main dalam mengaksesnya,” tandasnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Sarana Prasarana Distan Pandeglang, Uun Junandar mengatakan, sebetulnya semenjak awal para petani itu melakukan aksi unjuk rasa di wilayahnya, pihaknya sudah menindaklajutinya. Bahkan pihaknya sudah menyampaikan bakal memberedel yang namanya “cukong” atau “bandit” tersebut.
“Yang jelas kemarin-kemarin juga kami sampaikan, tahun 2020 ini tidak akan ada lagi cukong-cukong, karena kami akan tindak tegas dan kami akan putus rantai cukong-cukong itu. Bahkan saya jaminkan jabatan, tahun 2020 tak ada lagi cukong-cukong,” katanya.
Supaya tak ada oknum yang menyimpangkan bantuan Alsintan, pihaknya selalu membagikan bantuan itu secara transparan. Bahkan pembagiannya dibuat serimonial di depan publik.
“Selama ini oleh kami tak ada yang disembunyikan. Kami selalu memberikan bantuan itu di depan publik. Kami juga berharap ketika Gapoktan menerima bantuan, agar menjelaskan kepada anggotanya. Tapi tidak sekedar memakai saja, harus bertanggungjawab soal perawatannya dan kebutuhan BBM,” pungkasnya. (nipal/aditya)
Diskusi tentang ini post