SATELITNEWS.ID, TANGERANG–Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menjadi bencana bagi setiap pekerja. Para karyawan korban PHK yang kehilangan mata pencaharian pun harus putar otak mencari pendapatan untuk bertahan hidup.
Seperti yang dialami oleh warga RT 02 RW 07 Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang. Warga di sana rata-rata merupakan korban PHK perusahaan keramik di Kalideres. Mereka di-PHK sejak 2015 lalu.
Sejak saat itu mereka pun gundah gulana. Pasalnya, setelah PHK mereka tak ada pemasukan lagi. Namun demikian, para warga tak kehabisan akal. Setelah di-PHK para warga pun memutuskan untuk fokus pada UMKM.
“Yang penting kita bisa bertahan hidup. Dari UMKM ini alhamdulillah. Semenjak di-PHK kan nggak ada penghasilan. Alhamdulillah sekarang,” ujar ketua RW 07, Suprihatin kepada Satelit News Sabtu, (13/2).
UMKM yang digeluti oleh para warga didominasi oleh aneka makanan ringan. Mulai kue, onde-onde, risol hingga sambel pecel yang menjadi primadonanya.
“Kita jualan pagi di depan gang. Tapi kita juga berdagang online, atau ada yang pesan,” kata Suprihatin.
Berawal dari PHK dan mengembangkan UMKM inilah kini wilayah tersebut dinobatkan sebagai Kampung Tematik. Wilayah RT 02 RW 07 yang terdiri dari 3 gang ini diberi nama Kampung Gegana atau Gegares Dimana-mana.
Suprihatin mengatakan nama Kampung Gegana dicetuskan oleh Lurah Cipondoh Makmur terdahulu, Boyke Urif yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang Pariwisata untuk Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Kota Tangerang.
“Jadi kita resmi jadi kampung tematik dengan nama Kampung Gegana sejak 2017. Saat itu pak Boyke yang beri nama. Dinamakan Gegares Dimana-mana kan kalau bahasa Betawi Gegares itu artinya makan,” ungkapnya.
Hal senada dikatakan oleh ketua RT 02, Suprapto. Dia menjelaskan kalau keputusan PHK tak membuat warga putus asa. Mereka terus bangkit dari keterpurukan. Perlahan tapi pasti, kini para warga tak gusar soal dapur yang harus ngebul setiap hari.
“Sekarang pendapatan utama warga ya dari berjualan makanan ringan ini. Kita memproduksi secara mandiri makanan ringan,” katanya.
Tak hanya dijual skala lokal saja. Namun, juga dijual di luar negeri. Seperti sambal pecel yang dijual hingga ke Arab Saudi. Sambal ini bahkan menjadi oleh-oleh wajib bagi sebagian wisatawan yang datang ke Kota Tangerang.
“Andalan kita ada beberapa ya. Seperti bawang goreng dan sambel pecel. Tapi untuk sementara ini memang penjualannya tidak terlalu besar, masih kecil-kecilan,” katanya.
Tekad mereka ini pun kata Suprapto mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang. Sejak ditetapkan sebagai Kampung Tematik bantuan dikucurkan Pemkot Tangerang agar usaha mereka berkembang. Diantaranya bantuan alat masak dan pelatihan.
“Kita harus bertahan dengan ekonomi yang ada jangan sampai kita dengan kondisi ini kita vakum dan jatuh sendiri,” katanya.
Apalagi ditengah Pandemi COVID-19 ini. Diakui Suprapto memang sangat berpengaruh pada pendapatan ekonomi warga. Namun demikian, hal ini tak membuat warga kreativitas warga menjadi tumpul.
“Hampir semua warga tidak bekerja. Mereka fokus di UMKM berjualan. Alhamdulillah saat ada bantuan UMKM dari Pemkot Tangerang semua warga dapet,” katanya.
Dipesan Sampai Arab Saudi
Salah satu menu primadona di Kampung Gegana adalah Sambel Pecel Reneo. Meski bukan cemilan, namun menu ini banyak dicari oleh para pembeli. Bahkan Sambel Pecel buatan Kanti Rahayu ini menjadi oleh-oleh wajib bagi sebagian wisatawan yang menyambangi Kota Tangerang.
Cita rasanya yang khas membuat sambal pecel ini banyak disukai. Dengan sentuhan rasa masam dan bumbunya yang berani tak salah bila menu ini menjadi incaran. Bahkan sampai ke Arab Saudi.
Kanti Rahayu mengatakan entah apa yang menjadi keistimewaan sambal pecelnya. Namun, dia memastikan kalau menu buatannya ini berasal dari bumbu-bumbu pilihan dan tanpa pengawet.
“Bisa betahan selama 1 bulan. Kalau jadi primadona banyak yang suka ya pembeli ya yang menilai. Bagaimana mereka rasakan ? Tapi katanya memang enak jadi ketagihan,” ujarnya kepada Satelit News, Sabtu, (13/2).
Saat Gebyar UMKM Kecamatan Cipondoh pun kata Kanti dagangannya itu banyak yang mencari. Padahal, saat itu ada pula warga yang menjual menu yang sama.
“Banyak terjualnya padahal ada yang jual sambel pecel juga,” katanya.
Wanita asal Ngawi Jawa Tengah ini mengatakan sebenarnya tak ada yang istimewa komposisi dalam pembuatan sambel pecel. Komposisinya hampir sama dengan sambel pecel mainstream lainnya.
Namun, Kanti sedikit membocorkan keistimewaan sambal pecelnya. Menurut Kanti rempah-rempah yang dia campurkan lebih banyak dan berani sehingga cita rasanya menjadi khas.
“Rempah-rempah yang saya gunakan lebih banyak. Kemudian, tidak keras kan kalau sambal pecel keras harus diuleg dulu. Kalau saya tidak tinggal diaduk dengan air langsung tuang saja ke sayur,” katanya.
Kendari demikian, kata Kanti komposisi yang digunakan merupakan turun temurun dari ibunya. Sehingga cita rasa tetap terjaga.
“Ibu saya kan juga jual pecel di Kampung. Sekarang saya yang nerusin jualan di sini,” katanya.
Diakui Kanti, sambel pecelnya ini sudah sampai ke sejumlah negara di Asia. Seperti Arab Saudi dan Taiwan. Kendati hanya sebagai oleh-oleh saja.
“Jadi kalo ada yang umrah ada yang nitip jadi oleh-oleh gitu,” katanya.
Sebenarnya Ranti pun menginginkan dagangannya ini berkembang hingga internasional. Namun, dirinya keterbatasan modal.
“Maunya seperti itu. Tapi saya belum siap untuk produksi massal,” katanya.
Omzet yang dia raup setiap bulan dalam menjual sambal pecel saja mencapai Rp 9 Juta. Namun itu baru hitungan kotor saja. Sambal Pecel buatan Ranti dengan ukuran 250 ML dibanderol dengan harga Rp 16 ribu.
“Setiap hari sekitar 300 ribu saya jualnya. Memang kalau pemesanan juga ada yang tergantung keinginan. Ada yang sekilo 2 kilo,” katanya.
Selain sambalnya, Ranti juga berdagang pecel setiap pagi di depan gang rumahnya. Hal ini dia lakukan pasca di PHK dari perusahaan keramik tempat dia bekerja. “Saya jual via online juga,” pungkasnya. (mg2 /irfan/gatot)
Diskusi tentang ini post