SATELITNEWS.ID, SERANG—Pengumuman dua kasus virus Corona di Kota Depok membuat Pemprov Banten meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus tersebut. Dinas Kesehatan mengeluarkan surat edaran untuk melakukan deteksi dini, pencegahan serta respon cepat guna mengantisipasi kasus 2091 nCov, Senin (2/3).
Gubernur Banten Wahidin Halim menyatakan jika Banten saat ini mewaspadai dan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi kondisi tersebut. Menurut Wahidin, Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) mengeluarkan surat edaran untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam upaya pencegahan penyebaran virus corona.
Surat edaran yang ditandatangi Kadinkes Pemprov Banten Ati Pramudji Hastuti itu merupakan bagian tindak lanjut surat edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan tentang Kewaspadaan Penyakit Novel Coronavirus sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia. Dalam surat edaran yang ditujukan kepada lembaga, pemerintah dan swasta di Provinsi Banten itu, juga dicantumkan nomor-nomor kontak yang bisa dihubungi pada dinas kesehatan kabupaten/kota itu dan Dinkes Pemprov Banten.
“Kewaspadaan dengan deteksi dini, pencegahan dan respon sebagai upaya antisipasi terhadap kasus 2091-nCoV di Provinsi Banten,”ujar Wahidin Halim dalam keterangan resmi Pemprov Banten, kemarin.
Dinkes Banten pada 23 Januari 2020 juga memberikan surat edaran kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas untuk kewaspadaan penyebaran virus corona. Saat itu, Dinkes menyarankan masyarakat yang mengalami gejala demam, batuk, sesak nafas dan baru kembali dari negara terjangkit dalam 14 hari sebelum sakit, agar segera berobat ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang, Liza Puspadewi mengatakan di wilayahnya belum ada yang terjangkit virus mematikan ini. Meski demikian, Dinkes Kota Tangerang sedang memantau 17 warga yang baru pulang dari Negara terjangkit.
Dinkes memperoleh informasi warga Kota tangerang yang baru saja pulang dari negara terjangkit dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta. Warga yang telah lolos dari alat pengukur suhu tubuh tak serta merta dinyatakan aman. Namun, masih akan dipantau oleh Dinskes kota Tangerang.
Total terdapat 17 warga dalam pantauan Dinkes Kota Tangerang. Sejauh ini di Kota Tangerang tidak terdapat gejala yang membuktikan kalau warga tersebut terjangkit virus Corona.
“Tapi kami tetap bikin sistem kewaspadaan dengan pemantauan selama 14 hari. Dan selama 14 hari tidak ada keluhan maka kita nyatakan dia sehat,” ujarnya.
Dinkes Kota tangerang, kata Liza terus melakukan koordiansi dengan KKP Bandara Soetta. Termasuk dengan penanganan masyarakat pantauan di ruang isolasi. Untuk saat ini baru terdapat 2 ruang isolasi di Kota Tangerang yakni milik KKP dan RSU Kabupaten Tangerang.
Menurut Liza RSU Kabupaten Tangerang merupakan rumah sakit rujukan yang memiliki tipikal alat kesehatannya yang menyerupai dengan penanganan terjangkit Corona. RSUD Kabupaten Tangerang memiliki ruang isolasi dengan tekanan negatif.
“Karena RSUD Kabupaten Tangerang sebenarnya RSUD rujukan untuk penyakit SARS dulu. Maka kami juga berkonsolidasi dengan kabupaten dan bersinergi,” ujarnya.
Ruang Isolasi RSU Kabupaten Tangerang letaknya berada di wilayah paling belakang gedung. Terdapat 8 kamar untuk penderita pasien yang terjangkit virus. Masing – masing kamar memiliki luas kurang lebih 5 kali 5 meter.
Bagian Humas RSUD Kabupaten Tangerang, Dela mengatakan ruang isolasi tersebut hingga saat ini masih digunakan. Biasanya, ruangan tersebut dihuni oleh pasien dengan keluhan penyakit yang dapat menular melalui udara.
“Digunakan untuk penyakit yang mudah terluar lewat udara. Kalau dulu ini dipakai untuk flu burung juga,” ujarnya.
Pengumunan virus Corona disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi, kemarin). Presiden mengatakan, dua orang yang terdiri dari ibu dan anak warga Depok, Jawa Barat, positif terkena virus corona dan sudah mendapatkan perawatan di Rumah sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso. Keduanya akan mendapatkan perawatan yang berstandar internasional.
“Keduanya saat ini sudah dalam perawatan dan penanganan sesuai dengan standar yang berlaku secara internasional,” ujar Presiden Jokowi dalam akun Instagram miliknya @jokowi, Senin (2/3).
Menurut Jokowi, pemerintah sangat serius dalam menangani virus yang berasal dari kelelawar tersebut. Bahkan Jokowi membeberkan Indonesia telah mempersipkan lebih dari 100 rumah sakit untuk menangani virus tersebut.
“Pemerintah benar-benar serius dalam menangani kasus ini. Kita telah mempersiapkan lebih dari 100 rumah sakit di dalam negeri, dilengkapi dengan ruang isolasi yang baik dengan peralatan yang memadai sesuai dengan standar internasional,” katanya.
Mantan Wali Kota Solo, Jawa Tengah itu juga mengimbau kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan. Kemudian juga menghindari kontak-kontak fisik yang tidak perlu. Hal itu dilakukan supaya terhindar dari Virus Corona.
“Saya juga mengimbau kepada seluruh rakyat untuk senantiasa menjaga tubuh agar tetap fit, rajin mencuci tangan dan menghindari kontak-kontak yang tidak perlu,” ungkapnya.
Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto menjelaskan kronologi dua warga negara Indonesia (WNI) yang positif terjangkit virus Corona. Mulanya salah satu pasien yang berumur 31 tahun merupakan guru dansa. Dia berdansa dengan salah satu teman dekatnya yang merupakan warga negara Jepang pada Jumat 14 Februari 2020 lalu.
“Kemudian pada 16 Februari 2020. Dia ngerasa batuk-batuk, nggak enaklah dia batuk-batuk sehingga rawat jalan ke RS. Kemudian pulang ke rumah, merasa nggak nyaman,” kata Terawan di RSPI Sulianto Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Senin, (2/3).
Mantan Kepala RSPAD Gatot Soebroto ini menuturkan, kemudian pada Rabu, 26 Februari 2020 pasien minta untuk mendapat perawatan. Karena memang sesak, batuk dan demamnya tak kunjung sembuh.
“Kemudian tanggal 26 Februari, dia minta dirawat ajalah kok batuknya nggak ilang-ilang, sesak dan agak demam dikit. Kemudian dirawat,” ujar Terawan.
Terawan menyebut, setelah menjalani perawatan pasien ditelepon oleh rekannya yang merupakan warga negara Jepang. Dalam perbincangannya menyebutkan, bahwa temannya itu positif virus corona.
“Kemudian karena ditelepon sama temannya, saya meralat, kirain tadi dari Kementerian Kesehatan Malaysia, ternyata dari temannya itu sendiri. Kemudian dia menyampaikan ke tim dokter dan perawat. Akhirnya dilakukan pemindahan ke RS Saroso,” ucap Terawan.
Oleh karena itu, kedua pasien langsung dilarikan ke RS Sulianti Saroso yang kemudian mendapat perawatan intensif pada Minggu (1/3) kemarin. “Hasilnya tadi pagi, saya diberitahu maka tracking sudah jalan, sehingga si pasien cewek ini bersama ibunya, dua-duanya dicek. Saat ini kondisinya baik, batuk sekali-kali,” pungkasnya.
Menkes menyesalkan lolosnya warga negara asing (WNA) asal Jepang yang positif virus Corona bisa masuk ke Indonesia. Dia menduga, warga negara Jepang itu bisa lolos thermal scanner di bandara karena sebelumnya sudah meminum obat. Dia tidak terdeteksi positif virus Corona.
“Saat itu dia tanpa keluhan atau tanpa gejala atau minum obat. Tapi kalo dia minum obat flu atau obat batuk nggak akan terdeteksi dia. Karena keluhan itu hilang semua,” kata Terawan.
Terawan pun memastikan, pasien terdampak virus corona karena daya imunitas tubuhnya rendah. Dia pun meminta masyarakat untuk tetap berdoa dan menjaba imunitas tubuh agar tetap sehat dan tidak terinpeksi virus corona.
Biaya perawatan bagi dua warga negara Indonesia (WNI) yang positif terdampak virus corona di Depok, Jawa Barat sepenuhnya akan ditanggung pemerintah. Pemerintah telah menyiapkan anggaran khusus untuk WNI terdampak corona.
“Ya pemerintah, pemerintah (yang nanggung biaya). Tadi Bapak Presiden kan sudah bicara,” kata Terawan.
Mantan Kepala RSPAD Gatot Soebroto ini menuturkan, sudah membicarakan anggaran khusus untuk pasien terdampak corona. Sehingga nantinya akan ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. “Anggarannya itu tadi Bapak Presiden sudah ngomong, untuk hal yang seperti ini semua akan ditanggung oleh pemerintah,” ucap Terawan.
Sebelumnya, Ibu dan anak itu sempat berobat ke RS Mitra Keluarga Depok pada 27 Februari 2020. Maka dari itu, para perawat dan petugas medis yang sempat kontak dengan mereka diindikasikan masuk dalam kategori orang dalam pengawasan.
Lebih dari 70 orang petugas medis saat ini dikarantina di rumah atau diminta hanya berada di rumah saja. Mereka adalah yang sempat melakukan kontak dengan kedua pasien tersebut.
“Perawat terkena kami sedang cek, sedang pendalaman. Diperkirakan dari perawat RS Mitra Keluarga sempat kontak. Informasi dari Direktur RS Mitra Keluarga ada 50-70 orang. Ini masih pendalaman,” jelas Wali Kota Wali Kota Depok Mohammad Idris kepada wartawan dalam konferensi pers di Depok, Senin (2/3).
Idris menyebutkan petugas medis yang berinteraksi dengan pasien saat ini sudah dirumahkan dan sedang dipantau. Seluruhnya bukan pasien.
“Sedang pendalaman. Ini bukan pasien. Tapi dikhawatirkan oleh pihak RS karena yang 70-an ini berinteraksi mengobati mendampingi pasien. Makanya sementara dirumahkan supaya enggak terjangkit,” paparnya.
Idris menegaskan pihaknya masih menunggu informasi terbaru dari tim di lapangan terkait riwayat kontak pasien dengan tetangga. Dia meminta semua warga Depok yang mengalami gejala untuk segera melapor.
“Masih menunggu informasi terbaru. Apabila masyarakat tetangga dengar ada warga yang terkena, lapor ke 112,” tegasnya. (jpg/gatot)
Diskusi tentang ini post