SATELITNEWS.COM, PANDEGLANG—Isak tangis mewarnai proses pemakaman Bharatu Muhamad Saepul Muhdori di tempat pemakaman umum Puluku, Desa Bayumundu, Kecamatan Kaduhejo, Kabupaten Pandeglang, Sabtu (14/12) siang. Pria yang baru tiga bulan menikah itu gugur ditembak komplotan teroris Mujahidin Indonesia Timur seusai melaksanakan salat Jumat di musala Desa Salubanga, Kabupaten Parigi Mautong, Sulawesi Tengah, 13 Desember 2019 lalu.
Bharatu Saeful merupakan warga Kampung Nagrog RT/RW 01/01, Desa Bayumundu, Kecamatan Kaduhejo, Kabupaten Pandeglang. Atas dasar permintaan pihak keluarga, jenazah korban dikebumikan di tanah kelahirannya.
Dari Poso, jenazah korban diterbangkan ke Jakarta dan langsung dibawa ke rumah duka. Jenazah tiba di rumah duka pada Sabtu (14/12), sekitar pukul 13.20 Wib, menggunakan ambulans kepolisian.
Susana haru dan bahkan isak tangis hiteris dari keluarga, kerabat serta masyarakat sekitarpun tak terhindarkan ketika suara ambulans keras masuk ke gang rumah korban. Usai dibawa ke dalam rumah duka, tidak lama kemudian jenazah dibawa kembali ke masjid yang tak jauh dari rumahnya untuk disalatkan.
Setelah itu, dilakukan upacara pemakaman yang dipimpin langsung Komandan Satuan Brimob Polda Banten Kombes Pol Reeza Herasbudi, didampingi AKBP Laoli Wa Danmen Brimob Polda Banten dan AKBP Sofwan Hermanto Kapolres Pandeglang serta beberapa pejabat kepolisian lainnya. Tembakan salvo dari pasukan Brimob Polda Banten mengiringi pemakaman jenazah Muhamad Saepul Muhdori di TPU Puluku, Kampung Nagrog, Desa Bayumundu, Kecamatan Kaduhejo, Kabupaten Pandeglang.
Istri korban, Devi hadir dalam pemakaman suaminya. Wanita asal Kabupaten Lebak itu tampak sangat terpukul. Dia sudah berulangkali tak sadarkan diri ketika jenazah suaminya tiba di rumah duka.
Pada saat pemakaman, Devi bersama keluarganya tak henti-hentinya menangis histeris sambil menujuk kearah jenazah korban yang bakal dikebumikan. Sembari memeluk erat foto suami dan bendera merah putih, Devi terus meneteskan air mata. Usai pemakaman, Devi yang digandeng saudaranya itu tetap menangis.
Keluarga korban, Muhamad Ro’up mengungkapkan, saudaranya itu sudah tujuh tahun menjadi bagian dari personel Satuan Brimob Polda Sulteng. Bahkan kata dia, selama tujuh tahun itu almarhum jarang pulang ke rumah karena sedang mengemban amanah berat dari negara.
“Dia semenjak jadi polisi, langsung ditugaskan di Polda Sulteng sebagai anggota Brimob. Dan disana almarhum itu sudah bertugas selama tujuh tahun. Bahkan almarhum ini belum pernah pindah kemana-mana, dan sampai akhir hayatnya bertugas disana,” ungkap Ro’up, Sabtu (15/12).
Selama bertugas, almarhum jarang pulang ke rumah dan hanya memberi kabar lewat telepon. “Kan almarhum tidak bisa pulang sembarangan, mungkin dalam tujuh tahun itu hanya beberapa kali pulang saja dan tidak bisa berlama-lama disini,” katanya.
Seingatnya tambah dia, almarhum pulang ke kampung halaman karena hendak melangsungkan pernikahan. “Terakhir pulang kemarin-kemarin itu, almarhum ketika mengadakan proses akad nikah dengan isterinya yang bernama Devi,” jelasnya.
Bahkan lanjut dia, umur pernikahan almarhum dengan isterinya itu baru berjalan sekitar tiga bulan. “Jadi almarhum sempat rehat beberapa hari itu karena proses pernikahan. Pernikahannya itu baru berjalan sekitar tiga bulan lebih,” pungkasnya.
Menurutnya lagi, bahwa almarhum adalah bagian dari putera daerah terbaik di desa tersebut. “Almarhum ini ramah, bergaul dengan teman-temannya juga sangat baik, makanya kami semuanya merasa betul-betul kehilangan,” tandasnya sambil meneteskan air mata.
Mertua korban, Habiburrahman mengatakan, sebelum menantunya itu tidak dunia ada kata-kata yang menandakan apapun. Hanya saja ungkapnya, almarhum sempat memberikan kabar dalam waktu dekat bakal pulang ke rumah.
“Gak ada yang disampaikan sebelum ajalnya menjemput selain memberi kabar rencana mau pulang. Terakhir komunikasi sama anak saya itu, hari Rabu sampai Kamis,” katanya sambil meneteskan air mata.
Almarhum berniat menjemput isterinya untuk dibawa kembali ke daerah tempatnya bertugas. “Waktu pertama menikah dibawa kesana, akan tetapi karena ada musibah keguguran, jadi anak saya pulang dulu ke Rangkas. Nah, rencananya setelah bulan Januari mau ke Sulawesi lagi dan bakal dijemput almarhum,” tandasnya.
Kabid Humas Polda Banten, Kombes Pol Edy Sumardi menjelaskan, Bharatu Muhamad Saepul Muhdori meninggal dunia setelah diserang lima orang kelompok DPO MIT Poso.
“Usai menyerang di wilayah musalla itu, kelompok itu berpencar dan berlari ke arah SD Salubanga tiga orang, serta yang dua orang lagi ke arah belakang musalla,” kata Kombes Pol Edy Sumardi, Sabtu (14/12).
Tidak sampai disitu ungkapnya, kelompok itu kembali melakukan serangan dengan menembaki ke arah Pos Sekat Alfa 16. Bahkan tambahnya, kelompok itu sempat menyandera warga serta anggota pos sekat yang pulang dari sholat Jumat namun anggota pos sekat sempat melarikan diri.
“Pada saat itu, ada info dari Pos Sekat Salubanga yang mengabarkan meminta bantuan melalui HT, langsung dibantu oleh pasukan kejar yang dipimpin Danki Kejar IPDA Richar,” tandasnya.
Komandan Satuan Brimob Polda Banten, Kombes Pol Reeza Herasbudi mengatakan, walau dirinya tak pernah bergaul dengan almarhum, namun almarhum dinilainya orang baik. Bahkan katanya, ia merasa sangat kehilangan.
“Saya sangat kehilangan, beliau (almarhum) adalah orang baik. Kita semua lihat bersama-sama, kebaikan almarhum dibuktikan dengan banyaknya masyarkat yang berdatangan untuk melayat, menyolatkan, yang membantu juga banyak dan bahkan ikut serta memakamkan almarhum,” kata Kombes Pol Reeza.
Awal mulanya ungkap dia, almarhum berpangkat Bharatu, akan tetapi sebagai bentuk penghargaan atas jasanya yang selama ini telah mengabdi terhadap bangsa dan negara, pangkatnya dinaikkan menjadi Bharaka.
“Tadinya pangkat beliau itu Bharatu, kemudian ada kenaikan pangkat luar biasa, dan sekarang pangkatnya menjadi Bharaka,” ujarnya.
Ia mengaku, sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses kepulangan sampai memakamkan almarhum.
“Saya mengucapkan terima kasih juga kepada Sat Brimob Polda Sulteng, kemudian jajaran dari Mabes Polri yang telah membantu mengevakuasi dan bisa dibantu oleh Pak Kapolres sampai dengan pemakaman,” tandasnya. (nipal/gatot)
Diskusi tentang ini post