SATELITNEWS.ID, TIGARAKSA—Sebanyak 250 orang santriwan dan santriwati mulai masuk lingkungan Pondok Pesantren Tarbiyatul Mubtadiin (Ponpes Tarmub), Desa Pasir Nangka, Kecamatan Tigaraksa, sejak Minggu (12/7) pagi hingga sore. Santri yang tiba pada gelombang pertama dari tiga gelombang yang direncanakan pihak yayasan ini, menyambut antusias penerapan protokol kesehatan Covid-19 di pesantren.
Merliana, salah satu santriwati Ponpes Tarmub yang kini duduk di kelas 5 IPA 2 mengungkapkan, penerapan protokol kesehatan Covid-19 di lingkungan pesantren sangat tepat, untuk merespon kondisi pandemi saat ini. Menurut gadis berusia 17 tahun ini, meski aktivitas di pesantren akan berbeda dari biasanya, seperti menggunakan masker, menjaga jarak, makan dengan peralatan sendiri, serta rajin mencuci tangan, namun hal itu tidak menyurutkan semangat belajar para santri.
“Senang, bisa belajar kembali walaupun dengan protokol kesehatan Covid-19 yang sangat ketat. Sebelum kami masuk pun ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi dan disiapkan. Alhamdulillah, sebelum masuk kami juga sudah terbiasa pakai masker saat masih ada di rumah,” ujar remaja asal Kecamatan Pasar Kemis ini kepada Satelit News.
Pimpinan Ponpes Tarmub, KH. Ues Nawawi Gofar menjelaskan, ada tiga gelombang kedatangan santri beserta ustadz dan ustadzah dengan jenjang waktu berbeda. Gelombang pertama kata dia, pada hari Minggu (12/7) ini. Kemudian gelombang kedua dijadwalkan pada tanggal 26 Juli mendatang. Serta gelombang ketiga pada tanggal 9 Agustus mendatang. Sebelumnya, angket telah disebar pihak Ponpes kepada wali santri. Hasilnya, 60 persen lebih menginginkan anak kembali belajar di pesantren.
“Gelombang pertama santri kelas 6 dan 5 atau kelas 12 dan 9. Insya Allah, lebih kurang 250 santri dengan asatidz 50 orang. Jadi ada 300 santri lebih kurang. Saat ini kita menerapkan protokol kesehatan ketat. Ini juga sudah kami sampaikan lewat media komunikasi pesantren yakni group Ma’had Tarmub,” jelasnya.
Lanjut KH. Ues, pada gelombang kedua nanti tidak kurang dari 250 santri untuk kelas di bawahnya. Serta gelombang terakhir terakhir untuk kelas 1 atau kelas 7 tingkat tsanawiyah dan 10 setingkat Madrasah Aliyah (MA) atau SMA. Menurutnya, dua gelombang selanjutnya saat ini masih kondisional dan situasional.
“Jika proses gelombang pertama ini berjalan mulus dan tidak perlu ditinjau lagi, maka akan dilaksanakan gelombang selanjutnya sesuai jadwal. Kalau kondisi tidak memungkingkan maka kita akan menjadwal ulang masuk pesantren,” ujarnya saat memakai masker.
KH. Ues yang juga Ketua MUI Kabupaten Tangerang menerangkan, sebelum santri masuk ke pesantren, ada syarat yang wajib dipenuhi. Yakni harus isolasi mandiri di rumah selama 14 hari dengan menulis pernyataan di atas materai Rp 6.000 dan ditandatangani orang tua. Ada surat pernyataan orang tua anak kembali ke pesantren dan mengikuti aturan sesuai protokol kesehatan. Serta ada surat keterangan sehat.
“Bagi yang belum rapid tes, maka akan dibiayai oleh Pesantren Tarmub. Sambil menunggu kesiapan dari Pemkab Tangerang yang akan memberikan rapid tes bagi para santri se-Kabupaten Tangerang,” terangnya.
Selain itu kata KH. Ues, peralatan yang lengkap juga harus dibawa oleh santri. Yaitu makser 3, hand sanitizer kecil untuk dibawa-bawa, hingga alat makan dan mandi sendiri.
“Dalam kondisi jelang new normal, harus ada alat makan sendiri dan lainnya. Itu diperiksa oleh panitia penerimaan santri kelengkapannya. Kemudian sebelum masuk ke kamar atau kobong, mereka transit dulu di kamar terpisah dari tempat tidur biasa. Paling cepat 3 hari, paling alam 14 hari kalau memang harus ada perawatab,” katanya.
Secara umum kata KH. Ues, dalam menyambut santri, pihak Ponpes juga sudah menambah fasilitas, seperti tempat cuci tangan di berbagai titik. Dari yang bagus sampai yang sederhana. Bahkan ada penambahan toilet dan kamar mandi, yang merupakan program Sanitren dari Pemkab Tangerang pada tahun 2019.
“Kemudian kami juga menerapkan kurikulum darurat, bait itu belajar sorogan, bandungan, muzakarah dan kegiatan belajar mengajar lainnya disesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19. Selain itu, tatap muka juga dibatasi. Tentu dalam peribadatakan juga sama, sholat jaga jarak. Ini kami mengikuti protokol kesehatan Cobid-19,” pungkasnya. (aditya)
Diskusi tentang ini post