SATELITNEWS.COM, CIPUTAT TIMUR—Huru-hara sempat terjadi di panti rehabilitasi Sakinah Harakah Bhakti milik Sahabat Foundation di Jalan Ir H Juanda, Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), akhir pekan lalu. Sejumlah peserta rehabilitas menyekap petugas yang berjaga. Bagaimana kisahnya?
Koordinator program rehabilitasi Sahabat Foundation Dwi Mecca mengatakan, peristiwa itu pada Sabtu 2 September 2023 pukul 01.00 WIB dini hari. Kejadian itu bermula saat Dian Deriz (39) salah satu staf sedang melakukan patroli rutin di lantai 3.
“Awalnya kejadian itu karena ada penyanderaan sekitar pukul 1 itu karena kita harus istilahnya patroli rutin itu staf naik ke lantai 3. Setelah dia buka pintu masuk ternyata dari belakang ditodong pakai besi,” ujarnya saat ditemui, Senin (4/9).
“Mengapa naik sendiri, karena dia merasa setelah melihat CCTV itu karena terlihat tidur semua. Setelah ditodong dia disandera diikat tangan dan kaki dimasukin ke kamar mandi,” imbuhnya.
Usai kericuhan, kata Dwi, para penghuni yang sudah mendapatkan kunci akses bergerombol turun ke bawah. Menyadari staf yang tengah bertugas dalam keadaan tidak siap, dirinya memerintahkan untuk mengunci pintu dari luar.
“Mereka menguasai kunci akses dari yayasan kami. Mereka buka kunci jadi mereka berbondong-bondong turun ke bawah. Staf yang bertugas itu datang dalam keadaan tidak siap. Saya perintahkan keluar kunci dari luar,” katanya.
Kata dia, saat kerusuhan berlangsung, sejumlah barang inventaris pun ikut dirusak. Mulai dari kamera CCTV sampai monitor komputer.
“Iya itu juga yang tindakan anarkis yang kita pertimbangkan, selain CCTV-nya rusak ada komputer, mereka juga menjarah lemari arsip dengan maksud menghilangkan barang bukti yang mereka saat kejadian,” ucapnya.
Dian Deriz, salah satu staf yang disekap mengungkapkan, sebelum kejadian dirinya tengah berada di lantai 2. Kata dia, dirinya bertugas normal seperti biasanya.
“Saat kejadian saya sedang laporan rutin dengan memfoto para penghuni panti rehabilitasi. Kejadian jam 1 malam, di dalam kamar itu ada 4 orang untuk saya foto dan mereka pada tidur. Saat saya foto ke arah kamar, saya langsung diserang menggunakan potongan besi yang diarahkan ke leher saya,” jelasnya.
Kata Dian, penyerangan itu disambut oleh penghuni lainnya. Mata Dian dan mulutnya ditutup menggunakan kain. Sedangkan untuk tangan dan kakinya diikat menggunakan tapi sepatu.
“Yang saya tahu penyerangan itu dilakukan oleh 4 orang yang ada di dalam kamar tersebut. Setelah ditekan dengan besi, mata saya langsung ditutup dengan kain dan mulut saya disumpal dengan kain lalu tangan saya diikat mengunakan tali sepatu,” paparnya.
“Hal tersebut terjadi di kamar penghuni rehabilitasi. Saat itu saya diancam untuk menyerahkan kunci akses panti rehabilitasi. Kunci tersebut bisa untuk masuk ke ruangan dalam saja. Namun para pelaku menganggap kunci akses itu bisa untuk semua ruangan dan mereka ingin kabur dari tempat rehabilitasi,” imbuhnya.
Dian menyebutkan, pikirannya sudah kemana-mana setelah dilakukan penyekapan. “Saat saya disekap, yang saya rasakan mungkin saya akan dijadikan sandera untuk tebusan agar para pelaku bisa keluar dari tempat rehab. Saya juga ada kepikiran akan dihabisi nyawa saya saat saya sandera,” ungkapnya.
Dwi Mecca menambahkan aksi para peserta rehabilitasi narkotika itu didalangi tiga orang. Ketiganya mengajak 20 orang lainnya untuk melakukan penyekapan sehingga mereka bisa kabur.
Dwi memastikan, pemicu kerusuhan bukan karena para penghuni dalam keadaan pengaruh narkotika. Namun, otak kerusuhan merupakan residivis kasus narkotika yang baru masuk satu hari. Sebagai informasi, 80 persen penghuni panti rehabilitasi itu didominasi oleh pengguna narkotika jenis sabu.
“Kalau pengaruh sih engga. Saya yakin yang sudah masuk rehabilitasi sudah melewati tahap tahapan sakaunya. Pada dasarnya mereka hidup diluar bebas, begitu disini dia diarahkan untuk hidup teratur. Mereka mungkin di luar semena-mena, cuma disini kita terukur terarah semua baik program sudah dipersiapkan treatmen-nya,” ungkapnya.
Untuk menghindari hal tidak diinginkan, pihaknya memberikan pilihan kepada penghuni rehab untuk tinggal atau pergi dengan tertib. Akhirnya, 20 pasien memilih pergi. Sedangkan, 10 orang tetap bertahan untuk kembali direhabilitasi.
“Kan ada polisi mereka yang menengahi. Kita mediasi dari pihak Polsek, RT setempat, karang taruna, akhirnya dikasih pilihan pada penghuni yang anarkis itu. Setelah negosiasi akhirnya 20 orang minta pulang. Panti rehabilitasi ini 20 persen merupakan titipan polisi, 80 persen titipan dari rehabilitasi lain,” sebutnya.
Kapolsek Ciputat Timur Kompol Agung Nugroho mengatakan, saat kejadian pihaknya mendapatkan informasi bahwa terjadi kerusuhan. Kata dia, kehadiran pihaknya memastikan jangan sampai yang sedang menjalani rehabilitasi menimbulkan tindakan melanggar hukum.
“Jadi mereka keinginannya itu sebelum selesai waktunya rehabilitasi ingin pulang, sehingga kami menyampaikan kalau memang dari pihak rehabilitasi bisa memberikan saran yang bersangkutan bisa pulang kalau berobat jalan ya mungkin silahkan,” paparnya.
“Mereka pada paham, mereka itu sedang berobat jadi jangan sampai mereka dalam keadaan berobat mereka tidak memahami kemudian melakukan tindakan anarkis atau mungkin merugikan masyarakat sehingga menimbulkan pidana,” tambahnya.
Kata dia, tindakan penyekapan tersebut tidak ada kenangan lantaran tidak adanya laporan tindak pidananya. “Kita kesana itu tidak ada aduan seperti itu. Kalau memang ada itu silahkan saja kalau mau lapor. Tapi kita kesana Alhamdulillah situasi kondusif. Tidak ada laporan. Yang kita datang sudah kondusif,” pungkasnya. (eko)
Diskusi tentang ini post