SATELITNEWS.ID,TANGERANG—Kenangan masa remaja itu begitu membekas di benak Ketua MUI Kabupaten Tangerang KH Ues Nawawi Gofar. Memori tentang sang ayah KH Nawawi menjadi inspirasi baginya untuk tekun di dalam berdakwah.
Bagi Kiai Ues Nawawi Gofar, sang ayah adalah panutan. Dari sang ayah, Kiai Ues yang kini juga mengasuh pondok pesantren Tarbiyatul Mubtadiin di Desa Pasir Nangka Kecamatan Tigaraksa, belajar tentang dakwah.
Pelajaran utama yang diperolehnya adalah tentang keiklasan dalam berdakwah. Itu diperolehnya karena pada masa remaja, Ues Nawawi Gofar kerap mengantarkan ayahnya menggunakan sepeda ontel untuk memberikan dakwah ke tengah masyarakat. Jarak yang harus ditempuh sang ayah dalam berdakwah cukup jauh. Kiai Ues dan ayahnya pernah mengendarai sepeda ontel hingga ke daerah Ciputat, yang kini berada di wilayah Tangerang Selatan.
“Waktu kecil saya dibonceng orang tua, pas udah SMP saya yang bonceng. Bahkan pernah kita naik sepeda untuk berdakwah ke daerah Ciputat,”katanya.
Menurut Kiai Ues, ayahnya tak pernah meminta bayaran atau honor dari siapa pun ketika menjalankan dakwah di tengah masyarakat. KH Nawawi hanya mengharapkan honor atau imbalan dari Allah SWT.
Kondisi serupa terjadi ketika Kiai Nawawi membuka pondok pesantren. Pada jaman itu, santri tidak ada yang diwajibkan untuk membayar biaya pendidikan. Bahkan kebanyakan santri membuat kobong sendiri untuk meminimalisir biaya. Tetapi, orang tuanya tidak pernah sedikit pun mengeluhkan hal itu. Kata Kiai Ues, sang ayah tetap konsisten dan ikhlas berdakwah.
“Jadi hal itu sangat luar biasa menurut saya, mencoba membangun umat dengan segala yang dimiliki tanpa mengharapkan bayaran dari siapapun kecuali Allah, ” ungkapnya.
Menurut Kiai Ues, meskipun sang ayah memiliki banyak santri yang sukses tapi tak pernah sekali pun dia membanggakan hal tersebut. Kiai Nawawi takut tidak mendapat pahala apabila menyebutkan keberhasilannya membimbing santri menjadi manusia yang sukses.
“Masya Allah, itu menjadi hal yang sangat luar biasa, dia berdakwah benar-benar tanpa pamrih. Walaupun setelah beliau meninggal, banyak yang mengaku telah menjadi santri KH Nawawi, ” jelasnya.
Itulah yang membuat Kiai Ues ingin mengikuti jejak sang ayah. Padahal dia tak pernah bercita-cita menjadi seorang kiai, ulama, atau ustaz. Namun keteladanan sang ayah yang sangat bersemangat berbagi ilmu agama kepada sesama muslim membuat dirinya jatuh cinta dengan dunia dakwah.
Pendidikan KH Ues terbilang fleksibel. Dia mengikuti pendidikan akademis formal dengan bersekolah di SD, SMP, dan SMA. Namun setelah pulang dari sekolah dirinya langsung mampir ke pondok pesantren milik ayahnya, di Kampung Pasirnangka, Desa Pasirnangka, Kecamatan Tigaraksa. Kiai Ues juga sempat menempuh ilmu agama di Ponpes Abah Ucup.
“Waktu SMA tahun 1982. Setelah lulus SMA pada tahun 1990-an, saya menempuh perguruan tinggi di Institut Agama Islam Negeri Indonesia (IAIN) Serang,”jelasnya. (alfian)