KITA sudah tiba akhir bulan suci Ramadan 1441 H, sebentar lagi kita akan memasuki hari Raya Idul Fitri, setelah sebulan penuh kita menempa diri, memperbaiki diri lahir dan batin.
Ramadhan merupakan bulan istimewa bagi kaum muslimin, di bulan Ramadaan keimanan kaum muslimin meningkat, jika dibandingkan dengan hari-hari di luar bulan. Ternyata puasa yang dijalankan umat muslim memiliki makna yang luar biasa sebagai media pendidikan karakter manusia mengubah pribadinya, menjadi orang-orang yang berkualitas baik secara pribadi maupun secara sosial.
Ibadah puasa pada Ramadan mempunyai orientasi pada pembentuk karakter diri seseorang menuju derajat mulia yaitu takwa di hadapan Allah, Tuhan semesta alam. Bulan Ramadaan merupakan bulan untuk menempa karakter, perilaku kaum muslimin. Mereka selama satu bulan dilatih baik jiwa maupun raga untuk tunduk dan patuh pada ketentuan Sang Pencipta, Allah SWT. Dalam Alquran Surat Al Baqarah ayat 183, Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk berpuasa di bulan Ramadan, puasa ini diwajibkan sebagaimana orang-orang sebelum mereka, dengan tujuan agar bertakwa, taat dan patuh pada perintah Allah.
Ramadan sangat cocok untuk membangun Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sesuai kurikulum 2013. Pada Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti, guru dan peserta didik. Bagi seorang muslim, pendidikan karakter sudah diperkenalkan sejak agama ini diturunkan ke bumi 14 Abad silam. Semua ritual ibadah dalam islam, selain memiliki makna dalam dimensi vertical (hablum minallah), juga memiliki makna dimensi horizontal (hablumminannas). Implementasi hablum minas dalam kehidupan seseorang dalam kehiupan sehari-hari merupakan refleksi dari karakter seseorang.
Puasa mengajarkan seseorang untuk selalu bersikap tulus dan jujur. Jujur kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Kejujuran adalah dimensi moral dan akhlak yang sangat penting. Dan kejujuran merupakan modal utama dalam menjalani segala aktivitas kehidupan. Adapun kebalikan kejujuran adalah berdusta atau berbohong. Berbohong adalah, seperti yang diilustrasikan Rasulullah Saw. sikap tak bermoral dan berakhlak. Itulah sebabnya, dalam kehidupan sehari-hari, orang yang tidak jujur dikatakan sebagai orang yang tidak bermoral dan berakhlak.
Puasa mendidik manusia untuk bertindak sabar dalam melaksanakan kebaikan dan sabar dalam menahan diri dari berbagai perilaku yang menyimpang yang tidak dibenarkan agama Islam dan akal sehat. Dengan kata lain, puasa mampu melahirkan berbagai macam sifat kebaikan yang harus dimiliki oleh setiap manusia yang beriman, misalnya ikhlas, sabar, dermawan, tolong menolong, tidak rakus/tamak, toleransi dan lain sebagainya. Sifat-sifat tersebut merupakan cara berakhlak yang baik dengan Sang Pencipta Alam Semesta, sesama manusia dan dengan alam. Dengan demikian, tercipta harmonisasi dalam siklus kehidupan. Jika semua dalam keadaan harmonis, maka akan tercipta kedamaian pada diri seseorang, sehingga tercipta kedamaian dalam kehidupan bernegara di Indonesia.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma baik norma agama, hukum, adat istiadat, budaya dan tata krama. Karakter terbentuk melalui sebuah proses pembelajaran dan karakter bukan bawaan sejak lahir. Karakter tercipta dari lingkungan. Mulai dari rumah, sekolah, lingkungan sekitar kediaman. Pihak-pihak yang memiliki peran dalam pembentukan karakter yaitu orang tua, guru dan teman bergaul.
Karena sesungguhnya dalam puasa Ramadan terkandung banyak sekali hikmah antara lain dapat menanamkan karakter positif pada anak religius, jujur, tanggung jawab, peduli, dsb. Pertama. Aspek religius, ketika anak dilatih untuk puasa sejak dini secara otomatis akan semakin memperkuat rasa keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, karena puasa merupakan salah satu rukun Islam dan ketika dijalankan akan mendapat pahala. Kedua. Ketiga. Aspek jujur dan tanggung jawab, dengan puasa anak dilatih untuk menahan haus dan lapar sejak dari waktu sahur sampai dengan berbuka puasa. Keutamaannya dapat melatih sikap jujur dan tanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain. Karena bisa jadi ketika di luar anak bilang sedang puasa pada temannya, namun ketika sampai di rumah karena tidak ada pembiasaan sejak dini dan keteladanan dari orang tua anak tersebut lalu makan, karena merasa tidak ada yang melihat. Keempat. Aspek peduli, melalui puasa di bulan ramadhan anak dilatih untuk memiliki sikap toleransi, dan meningkatkan rasa empati, serta simpati kepada sesama. Anak dilatih untuk toleransi terhadap orang lain yang sedang berpuasa. Selain itu, dengan menahan haus dan lapar, anak dilatih untuk merasakan bagaimana rasanya hidup kekurangaan tidak bisa dengan mudah makan dan minum seperti biasanya. Ternyata tidak semua orang seberuntung kita. Sehingga kita patut bersyukur, dan semakin peduli untuk berbagi pada sesama yang kurang mampu. Aspek religius, Aspek jujur dan tanggung jawab dan Aspek peduli merupakan bagian dari tanggung jawa kita sebagai orang tua. Anak perlu diperkenalkan hal-hal yang baik, di bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh hikmah, penuh dengan hal-hal yang baik.
Selama satu bulan jiwa dan raga muslim dibina dan ditempa dalam momen pembinaan Illahi. Berbagai ibadah Ramadan menjadi sarana pembinaan menuju pribadi muslim mulia. Sejatinya, berpuasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga, namun menahan dari segala sesuatu yang dilarang Allah SWT. Peran orang tentu sangat dibutuhkan di bulan yang suci, tidak hanya member pengertian kepada anak, tapi juga perlu memberikan teladan yang baik bagi anak yang masih tidak terbiasa dengan puasa. Juga perlu kiranya orang tua menjadi role model yang baik sehingga dapat menjadi inspirasi bagi putra putrinya. Menjalani Ramadan dengan kebersamaan dalam keluarga bukan berarti mengurangi makna Ramadan, justru kita mengoptimalisasikan nilai-nilai Ramadan dalam keluarga dengan kegiatan berorientasi untuk pendidikan karakter.
Bulan Ramadan merupakan bulan untuk membentuk karakter baik, karena di dalamnya membentuk perilaku baik. Konteks puasa, tidak hanya menahan makan dan minum saja, akan tetapi menahan untuk tidak berkata bohong, menahan diri untuk tidak berbuat curang, menahan diri untuk tidak berkata kotor, terlebih lagi adalah menahan seluruh anggota tubuh untuk senantiasa tunduk dan patuh dalam menjalankan puasa, seperti mata, dilarang melihat sesuatu yang haram dilihat, tangan dilarang untuk melakukan tindakan tercela, mulut, hidung dan kemaluan, semuanya ikut berpuasa atau menahan diri untuk tidak melakukan tidakan buruk.
Karena terdapat korelasi positif antara puasa dengan pendidikan karakter, mari kita manfaatkan puasa Ramadan sebagai sarana pembentukan karakter bangsa, seiring dengan hal tersebut kita berupaya meningkatkan puasa sesuai tuntutan syariat, sehingga rutunitas puasa kita bukan sekedar menahan lapar dan haus sehingga tidak memiliki dampak dalam hablum minallah dan hablum minannas. (*)
*(Ketua Yayasan Darussalam Tangerang, Ketua Yayasan Nurul Baiturrahman Tangerang, Ketua PERGUNU Kota Tangerang, Dosen Akademi Telkom Jakarta, Dosen Program Studi PGSD Universitas Esa Unggul Jakarta, dan Penulis Buku Membentuk Karakter Baik Pada diri Anak”)
Diskusi tentang ini post