SATELITNEWS.COM, TANGSEL—Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara di sejumlah wilayah termasuk Kota Tangerang Selatan (Tangsel) sempat mencapai 37,5 derajat celcius. Suhu itu pun tercatat menjadi udara terpanas yang dialami di wilayah Tangerang dalam delapan tahun terakhir.
Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie mengaku telah mengantisipasi dampak hal tersebut. Ia meminta fasilitas pelayanan kesehatan baik di Puskesmas maupun rumah sakit untuk terus siap siaga dalam menghadapi keadaan darurat.
“(hasil) Rapat dengan BMKG, panas ini masih akan terjadi beberapa waktu ke depan. Saya minta puskesmas kesiapsiagaannya untuk melayani warga masyarakat yang mengeluh soal kesehatan akibat cuaca panas ini,” ujarnya.
Untuk itu, Benyamin mengimbau agar masyarakat untuk tetap menjaga perilaku hidup sehat. Selain itu, ia juga mengajak masyarakat dengan kondisi cuaca ekstrim agar mengkonsumsi makan makanan bergizi.
“Tapi nanti akan dibuat himbauan-himbauan supaya mengurangi aktivitas diluar ruangan, banyak minum air putih, hindari air dingin, pakai sunkren, pakai payung dan seterusnya,” sebutnya.
“Nanti akan kita buat himbauan himbau ke masyarakat, karena ini masih akan terjadi beberapa waktu ke depan,” sambungnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangsel, Allin Hendalin Mahdaniar, mengatakan, salah satu potensi penyakit yang mungkin diderita masyarakat akibat panas ekstrem adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Menurutnya, ISPA masih menjadi penyakit yang sangat mengancam masyarakat. Terlebih saat ini kondisi kualitas udara di Kota Tangsel masih masuk dalam kategori yang tidak sehat.
“Karena sekarang ini panas ditambah polusi udara buruk yang pasti ISPA masih menjadi ancaman,” kata Alin Hendalin, ketika dikonfirmasi.
Selain ISPA, Alin menyebut, panas ekstrem yang terjadi sangat berpotensi terjadinya heatstroke. heatstroke merupakan kondisi ketika tubuh mengalami peningkatan suhu secara drastis.
Heatstroke dapat terjadi ketika seseorang terkena paparan suhu panas dari lingkungan sekitar di luar batas toleransi tubuhnya, misalnya saat cuaca sangat panas.
“Tapi dengan panas yang ekstrem ini yang kita takutkan adalah dehidrasi atau bisa juga terjadi heatstroke, karena kepanasan orang bisa tiba-tiba pingsan karena kepanasan,” ungkapnya.
Ia pun menghimbau kepada masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan pada saat siang hari.
“Jangan sampai dehidrasi, harus banyak mengkonsumsi air minum, jangan menunggu haus baru minum. Selain itu hindari aktivitas
di luar ruangan, upayakan aktivitas di dalam ruangan,” tuturnya.
“Jika memang mengharuskan beraktivitas di luar ruangan upayakan menggunakan sunscreen untuk melindungi kulit dari paparan UV (ultra violet),” pungkasnya. (eko)
Diskusi tentang ini post