Tiga Jari Korban Truk Tambang Diamputasi
satelitnews.com, TANGERANG—Gubernur BantenWahidin Halim mendukung langkah Bupati Tangerang A Zaki Iskandar bersikap tegas terhadap para sopir truk yang melanggar Perbup nomor 47 tahun 2018 tentang pembatasan jam operasional kendaraan tambang. Wahidin menyatakan truk yang melebihi tonase merugikan negara karena merusak jalan.
“Sudah seharusnya pak Bupati bersikap tegas. Kalau tidak jalan Kabupaten Tangerang dan jalan provinsi bisa hancur. Itu kan tonasenya berlebihan. Yang sekarang dilakukan Bupati Tangerang sudah betul,”ungkap Gubernur Banten Wahidin Halim seusai melakukan rapat koordinasi di Puspemkab Tangerang, Tigaraksa, Kamis (16/1).
Bupati Tangerang A Zaki Iskandar menyatakan penegakan terhadap Perbup Tangerang nomor 47 tahun 2018 dilakukan bukan semata – mata untuk mencegah kehancuran jalan. Perbup, kata Zaki, diterbitkan untuk memberikan perlindungan akan keselamatan masyarakat Kabupaten Tangerang.
“Jadi langkah Pemkab Tangerang menegakkan Perbup 47 mendapatkan dukungan dari Gubernur Banten,”imbuh Zaki di tempat yang sama, kemarin.
Sebelumnya, Zaki mengatakan akan melakukan revisi terhadap Perbup Tangerang nomor 47 tahun 2018. Revisi dilakukan agar Perbup dapat memuat sanksi yang lebih tegas kepada para sopir truk yang melanggar jam operasional. Saat ini, pemberian sanksi terhadap pelanggar Perbup dilakukan oleh pihak kepolisian.
Pemkab Tangerang, kata Zaki, akan melakukan koordinasi dengan Polres Metro Tangerang, Polres Kota Tangerang dan Polres Tangsel. Hal itu dilakukan karena wilayah hukum di Kabupaten Tangerang terbagi ke dalam tiga Polres tersebut.
Pelanggaran terhadap Perbup nomor 47 tahun 2018 memang kerap kali terjadi. Rabu (15/1) lalu, ratusan santri di Kecamatan Teluknaga melakukan aksi unjuk rasa meminta Pemkab Tangerang menegakkan peraturan tersebut. Protes dilayangkan setelah dua orang santriwati mengalami kecelakaan lalu lintas yang melibatkan truk tambang.
Dua santriwati yang mengalami kecelakaan bernama Indah Nurhayati dan Suci Melati. Keduanya terjatuh saat mengendarai sepeda motor di Jalan Marsekal Suryadharma, Kelurahan Selapajang Jaya tepatnya di depan Gedung ex BNP2TKI, Neglasari, Kota Tangerang, Selasa (14/1) lalu. Truk tambang kemudian melindas kaki salah satu dari keduanya.
Suci Melati mengalami luka yang paling parah. Remaja 17 tahun ini harus kehilangan 3 jari kakinya usai terlindas truk. Sementara, temannya Indah Nurhayati hanya mengalami luka ringan.
Satelit News mendapat kesempatan untuk menengok kondisi Suci Melati di RSUD Kabupaten Tangerang, tempat dia dirawat pada Kamis, (16/1). Saat itu, dia masih terbaring lemas dengan kondisi kaki yang terbungkus perban tebal. Tim Dokter RSUD Kabupaten Tangerang terpaksa mengamputasi 3 jari kakinya lantaran kondisinya sudah remuk. Beruntung, pergelangan kakinya masih terselamatkan walau dipasang pen.
Ibu Suci, Wati menceritakan kronologi anaknya menjadi korban truk tambang. Kala itu sang anak yang menimba ilmu di salah satu pesantren di Kabupaten Tangerang tengah berkendara menuju rumah. Naas, saat itu jalanan licin sehingga kendaraannya tergelincir. Tak lama keduanya jatuh, datang mobil truk tanpa muatan langsung melindas kaki Suci.
“Anak saya saat jatuh dari motor sudah angkat tangan maksudnya biar berhenti. Tapi truknya tetap jalan terus,” kata Wati.
Wanita berusia 42 tahun itu menampik anaknya yang berkendara saat itu menyalip. “Kejadian sebenarnya tidak begitu. Bohong itu, anak saja sudah jatuh, baru mobil melindas,” tambah dia.
Wati mengaku bingung tatkala harus membayar semua biaya perawatan anaknya. Karena pendapatan yang pas – pasan dari hasil berdagang sembako. Beruntung, pihak perusahaan bertanggung–jawab atas musibah yang dialami Suci. Kini, Suci mendapat perawatan intensif di RSUD Kabupaten Tangerang. Dia dirawat di ruangan VIP.
“Semuanya ditanggung sama perusahaan sampai sembuh. Kata mereka kalau butuh apa–apa untuk pengobatan Suci telpon saja,”kata Wati.
Hari ini (17/1), Suci sudah diperbolehkan pulang oleh tim Dokter RSUD Kabupaten Tangerang. Namun, dia harus memakai tongkat untuk penyembuhannya.
“Gak boleh pake kursi roda. Biar melatih dia jalan kata Dokter,” ujarnya.
Wati memberikan semangat kepada anaknya agar tidak minder mengalamai cacat di kakinya. Awalnya Suci sangat sedih hingga tak mau makan. Namun setelah diberi pengertian oleh sang ibu akhirnya Suci menerima musibah ini.
“Sekarang dia makannya banyak,” kata Wati.
Wati mengatakan, Suci merupakan sosok yang periang dan terbilang cerdas di pesantrennya. Anaknya ingin sekali melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah. Namun, Wati mengaku tak mampu untuk membiayainya.
“Saya bilang kerja saja dulu, baru kuliah. Saya kadang sedih. Saya nyari uang sendiri. Bapaknya ga kerja,”ujar Wati sembari meneteskan air mata.
Wati berharap Pemerintah Kabupaten Tangerang mampu bersikap tegas terhadap aktivitas truk tambang karena sudah sangat meresahkan. Dia ingin Perhub nomor 47 tahun 2018 tentang pembatasan jam operasional kendaraan tambang ditegakkan. Sehingga, kejadian seperti tak terulang kembali.
“Masih banyak truk yang lewat padahal sudah dilarang. Saya ngeri. Saya bilang sama anak saya hati – hati, tapi namanya musibah, anak saya jadi korbannya,” harap Wati. (irfan/aditya/gatot)
Diskusi tentang ini post