WABAH virus korona atau Covid-19 menjadi wabah yang mungkin tidak akan dilupakan oleh umat manusia, sebagai wabah terbesar yang terjadi pada abad ini. Jika melirik pada sejarah di zaman sahabat Nabi Muhammad SAW, wabah yang sama namun memiliki perbedaan nama juga pernah terjadi yakni wabah tho’un. Wabah tho’un diakui banyak ahli memiliki kesamaan dengan virus korona yaitu, memiliki daya tular yang cepat sekaligus juga mematikan.
Namun wabah tho’un disebutkan dalam sejarah hanya menyerang beberapa qoryah atau kota pada saat itu, hal itu terjadi karena tidak lepas dari keputusan yang diambil Khalifah Umar Bin Khatab, selain juga mobilisasi mayarakat yang ada tidak seperti saat ini sehingga penyebaran tidak sebanding dengan pandemi global Covid-19 saat ini, yang penularanya hampir ke seluruh dunia, baik itu negara muslim maupun negara non muslim.
Selain menelan banyak korban jiwa, pandemi global Covid-19 yang sampai saat ini belum ditemukan vaksinnya juga berdampak pada lumpuhnya berbagai sektor kehidupan masyarakat, baik itu ekonomi, pendidikan, kegiatan masyarakat, kegiatan keagamaan, dan sektor-sektor yang lain, semua seakan-akan lenyap ditelan oleh Covid-19.
Berbagai upaya penanganan Covid-19 telah dilakukan oleh pemerintah dengan mengerahkan tenaga medis sebagai garda terdepan dalam melawan Covid-19. Di balik upaya-upaya yang dilakukan pemerintah, tangisan dan rintihan manusia terus terjadi di belahan dunia karena mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Namun di luar itu ada pihak-pihak yang seolah-olah tidak peduli dengan Covid-19 ini.
Kini musim haji telah di pelupuk mata, namun wabah Covid-19 tak kunjung menghilang dari muka bumi, sementara itu, ratusan ribuan bahkan jutaan calon jamaah haji (calhaj) yang akan menunaikan haji pada tahun ini masih harap-harap cemas untuk bisa memenuhi panggilan Allah SWT melaksanakan rukun Islam yang kelima tersebut. Rasa rindu untuk mencium hajar aswad dan berziarah di makam Rasulullah menggelora di hati para calon jamaah.
Meski banyak teori yang menyatakan bahwa Covid-19 merupakan virus buatan, tapi bagi kita sebagai orang yang beriman tidak salah mengakui bahwa Covid-19 merupakan partikel kecil makhluk Allah SWT, dan Allah SWT pula yang mampu menghilangkan dan memusnahkannya. Begitu juga haji merupakan panggilan Allah SWT yang tentunya tidak diharapkan tidak bisa digelar pada tahun ini dan menjadi ironis jika hal tersebut sampai terjadi.
Bagi umat Islam, bisa berhaji selain kewajiban juga impian yang keberangkatannya ditunggu bertahun-tahun. Bagi umat Islam, berhaji juga untuk mendapatkan keselamatan, hal itu sejalan dengan firman Allah SWT yang artinya “Barangsiapa yang masuk ke rumah-Nya (Maqom Ibrohim atau Masjidil Harom), Niscaya dia akan menemukan keamanan dan keselamatan” ( Ali ‘Imron, QS, 97).
Berhaji juga bisa dimaknai sebagai untuk memenuhi dahaga agar bisa berdoa di tempat-tempat yang maqbul, seperti berdoa di Mulatazam, Hajar Aswad, Hijr Isma’il, Maqom Ibrohim, Shofa Marwah, Raudhoh Nabi, Maqom Nabi, dan tempat-tempat lain yang disucikan umat Islam.
Melalui tulisan yang singkat ini, penulis mengajak berbagai pihak untuk tetap mentaati arahan pemerintah dan mendukung upaya-upaya penanganan yang dilakukan pemerintah serta mensuport pemerintah pusat agar mengupayakan keberangkatan calon jamaah haji pada tahun ini. Tentunya yang tidak kalah penting mengajak semua pihak untuk berdoa agar wabah Covid-19 ini cepat hilang. (*)
*Kepala Bagian Kesejahteraan Masyarakat (Kesra) Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Serang
Diskusi tentang ini post