SATELITNEWS.COM, TEHERAN–Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh tewas dalam sebuah serangan yang di Ibu Kota Iran, Teheran. Hamas menuduh serangan ini dilakukan oleh Israel.
Haniyeh dan salah satu pengawalnya tewas setelah gedung tempat mereka menginap diserang. Pimpinan Hamas itu berada di Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran yang baru, Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7/2024).
“Gerakan Perlawanan Islam Hamas berduka cita untuk rakyat Palestina yang perkasa, untuk bangsa Arab dan Islam, dan untuk semua orang yang merdeka di dunia: Saudara, pemimpin, martir, Mujahid Ismail Haniyeh, pimpinan perlawanan, yang gugur dalam serangan Zionis di kediamannya di Teheran,” kata pernyataan resmi Hamas.
Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) juga mengumumkan gugurnya Haniyeh. “Dini hari tadi (waktu Tehran, yang lebih lambat 3 jam 30 menit dari WIB), kediaman Ismail Haniyeh di Teheran diserang, yang mengakibatkan dia dan salah satu pengawalnya syahid. Penyebabnya sedang diselidiki dan akan segera diumumkan,” kata IRGC, dalam sebuah pernyataan.
Pernyataan tersebut tidak merinci tentang bagaimana Haniyeh terbunuh dan IRGC mengatakan, serangan itu sedang diselidiki.
Sementara Israel tetap bungkam mengenai kematian Haniyeh. Media Israel hanya melaporkan, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memerintahkan para menteri kabinetnya untuk tidak berkomentar.
Namun, Menteri Warisan Sejarah Israel yang beraliran sayap kanan, Amihai Elihayu tampak mengekspresikan kegembiraannya, atas tewasnya pemimpin Hamas tersebut, di media sosialnya, X. Pembunuhan itu “membuat dunia sedikit lebih baik,” tulisnya, dalam bahasa Ibrani.
Haniyeh terpaksa mengungsi dari Jalur Gaza pada 2019 dan tinggal di Qatar. Sementara pemimpin tertinggi Hamas di Gaza saat ini dijabat oleh Yahya Sinwar.
Jurnalis Al Jazeera, Hani Mahmoud, yang berada di Deir el-Balah, Gaza, mengatakan, pembunuhan itu akan berpengaruh signifikan bagi warga Gaza, karena Haniyeh adalah pemimpin negosiasi yang mereka harapkan akan menghasilkan gencatan senjata.
“Warga Palestina di seluruh Gaza dan Tepi Barat juga memandang Ismail Haniyeh sebagai pemimpin moderat, yang jauh lebih pragmatis, dibandingkan pemimpin lain yang mengepalai sisi militer gerakan,” kata Mahmoud.
“Dia sangat populer di sini. Dia dibesarkan di sebuah kamp pengungsi. Dia mewakili sebagian besar orang yang merupakan keturunan keluarga pengungsi yang mengungsi dari wilayah Palestina pada 1948.”
Banyak yang khawatir, pembunuhan Haniyeh sekarang dapat menyebabkan eskalasi lebih lanjut dari konflik ini, tambahnya.
Ketegangan sudah tinggi setelah Israel mengatakan bahwa mereka menargetkan seorang komandan senior Hizbullah dalam sebuah “serangan presisi” di Beirut pada Selasa.
“Ini adalah eskalasi yang sangat besar – apa yang terjadi kemarin di Lebanon, apa yang terjadi hari ini di Teheran. Ini adalah eskalasi yang dilakukan oleh [Israel] dan akan memiliki konsekuensi signifikan,” ujar Sami al-Arian, Direktur Pusat Islam dan Urusan Global di Istanbul Zaim University, sebuah institusi pendidikan tinggi di Turki, kepada Al Jazeera. (rm)
Diskusi tentang ini post