SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Pemerintah Kota Tangerang telah melakukan rapid test Covid-19 secara diam-diam selama tiga hari. Tes dilakukan kepada 2.400 spesimen di sejumlah Puskesmas milik pemerintah daerah setempat. Hingga Minggu (29/3), belum ada pengumuman lebih lanjut terkait hasil tes tersebut.
Kepala Bagian Humas dan Protokot Pemkot Tangerang Buceu Gartina mengklaim rapid res telah dilaksanakan sejak Kamis (26/3) dan berakhir pada Sabtu, (28/3). Penyelenggaraan tes dilakukan di setiap Puskesmas yang ada di Kota Tangerang.
“Jadi untuk rapid sudah dilaksanakan di Kota Tangerang itu dari hari Kamis sampai dengan Sabtu kemarin. Jadi itu dilaksanakannya ada di puskesmas masing-masing,” ujar Buceu, Minggu (29/3).
Menurut Buceu, jatah alat rapid test yang diberikan ke masing-masing Puskesmas diatur sesuai data pandemi di wilayah. Jumlahnya tidak dibakukan.
Target rapid tes adalah Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) serta masyarakat yang sempat berinteraksi dengan PDP. Selain itu petugas medis yang menangani PDP dan ODP.
“Untuk puskesmas masing masing sekalian melakukan pemantauan terhadap ODP, PDP dan beberapa tenaga kesehatan dan juga di beberapa rumah sakit di kota Tangerang,” ujarnya.
Hingga kemarin hasil dari pelaksanaan rapid test belum dapat disampaikan. “Jadi ada kurang lebih 2.400 yang kita test untuk sementara kita hasilnya belum dapat,” tambah Buceu.
Menurut mantan Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang ini rapid test sengaja dilaksanakan secara tertutup. Tujuannya untuk melindungi identitas ODP dan PDP serta sebagai salah upaya menanggulangi penyebaran Covid-19 meluas.
“Kalau terbuka diliput bayangkan identitas yang ODP dan PDP harus kami rahasiakan sesuai protokol. Kalau diliput nanti terpapar siapa yang tanggung jawab. Sudah gitu pulang, nongkrong makin panjang. Saya saja tidak ikutan liput,” ujarnya.
Satelit News mencoba mengkonfirmasi Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Liza Puspadewi. Saat dihubungi melalui aplikasi pesat singkat, Liza tidak menanggapinya. Begitu juga saat dihubungi melalui sambungan telefon.
Sementara itu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tangerang, Gatot Wibowo meminta agar data rapid tes dipublikasikan. Pemkot Tangerang diminta kooperatif dalam menyampaikan informasi ke publik.
“Seharusnya mereka bisa pro aktif. Seharusnya dipublikasi biar masyarakat tahu dan tidak menduga-duga. Padahal kita sudah susah payah mengurusi beginian. Selain persoalan pekerjaan kita juga turun,” ujarnya.
Menurut Gatot, penyelenggaraan rapid test tanpa ada data dan publikasi yang jelas dapat menimbulkan spekulasi negatif dari masyarakat. Target rapid test yang seharusnya diperuntukan masyarakat umum juga rentan disalahgunakan oleh pejabat.
Dari data terkini hingga berita ini ditulis yang diperoleh Satelit News di https://covid19.tangerangkota.go.id/ wabah Covid-19 sudah merata di 13 Kecamatan di Kota Tangerang. Total ada 466 ODP, 79 PDP dan 21 Positif Covid-19. 4 orang meninggal akibat virus ini dan 1 orang sembuh.
Sementara itu, kasus penularan virus corona jenis baru di Indonesia makin bertambah. Terbaru, pada Minggu (29/3) ada pertambahan 130 kasus baru positif virus Corona. Artinya total jumlah kasus positif kini sudah sebanyak 1.285 kasus positif di Indonesia.
Juru Bicara Pemerintah Untuk COVID-19 Achmad Yurianto menjelaskan, angka pertambahan yang signifikan di masyarakat saat ini menggambarkan bahwa penularan masih terjadi. Masyarakat belum patuh dengan adanya jarak fisik dalam interaksi sosial atau physical distancing. Dan masih ada pasien yang sakit, tapi masih belum mengisolasi diri.
“Positif tambah 130 kasus baru, jadi 1.285 kasus. Penambahan angka positif ini gambaran bahwa di luar di lingkungan masyarakat masih ada kasus positif yang belum isolasi diri. Penularan terjadi dari kontak dekat. Belum cuci tangan dengan sabun. Saya minta, jaga jarak,” tegasnya kepada wartawan, Minggu (29/3).
Yurianto menegaskan jumlah kasus positif itu adalah total dari keseluruhan spesimen yang sudah diperiksa di laboratorium di seluruh Indonesia. Total spesimen yang sudah diperiksa yakni sekitar 6.500 orang.
Kasus meninggal dunia juga bertambah. Selang sehari, ada penambahan pasien meninggal sebanyak 12 jiwa. Artinya total orang yang meninggal adalah sebanyak 114 orang. Sedangkan jumlah pasien yang sembuh cenderung lebih lambat. Hanya ada 5 tambahan pasien sembuh. Sehingga total pasien sembuh baru 64 orang.
Achmad Yurianto, mengatakan tidak semua pasien yang positif virus corona bisa dirawat di rumah sakit (RS). Sebagian diharap bisa mengisolasi dirinya sendiri di rumah dengan dukungan dari lingkungan sekitar.
“Perawatan di rumah sakit akan selektif kita lakukan untuk yang memang betul-betul terindikasi penyakit ini dan tidak memungkinkan untuk melaksanakan isolasi diri,” kata Achmad Yurianto.
“Termasuk pada kelompok yang sangat rentan orang tua, orang dengan penyakit sebelumnya: dengan diabet, dengan hipertensi, kelainan jantung, kelainan paru-paru, dan sebagainya. Inilah yang membutuhkan layanan rawatan maksimal,” lanjutnya.
Masyarakat sangat diimbau untuk disiplin menerapkan langkah pencegahan seperti menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker bila sakit. Menurut pria yang akrab disapa Yuri ini, kasus terus bertambah karena ada pasien positif corona di tengah masyarakat yang tidak menjalankan isolasi diri dengan baik.
“Kekuatan terbesar kita adalah bagaimana secara bersama-sama masyarakat bisa memutuskan rantai penularan ini dengan sebaik-baiknya,” pungkas Yuri. (irfan/gatot)
Diskusi tentang ini post